Senin, 04 November 2013

KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN TIPE – TIPE BELAJAR



BAB I
PENDAHULUAN
     A.    Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran di dalam pendidikan pembelajaran di sekolah formal maupun non formal tentunya terdapat kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru (Sumber Belajar) terhadap muridnya (warga belajar). Karena tanpa kegiatan belajar setiap pengetahuan dan keterampilan yang ingin guru sampaikan tidak akan pernah bisa tersampaikan kepada warga belajar dan melalui kegiatan belajarlah guru bisa menyampaikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh siswanya.
Namun, dalam kegiatan pembelajaran seorang guru akan menghadapi siswa yang beraneka ragam, dan keaneka ragaman tersebut akan mempengaruhi tipe belajar setiap orang yang akhirnya akan membedakan cara pemahaman dan cara pembelajaran yang harus di berikan kepada masing-masing siswa.
Maka dari itu, makalah ini akan membahas tentang kegiatan pembelajaran dan tipe-tipe apa saja yang di miliki oleh setiap manusia.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Itu Kegiatan Pembelajaran?
2.      Kegiatan Apa Saja Yang Harus Ada Dalam Kegiatan Pembelajaran?
3.      Tipe-Tipe Belajar Apa Saja Yang Dimiliki Oleh Manusia?












BAB II
PEMBAHASAN
A.  KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pemahaman umum tentang kegiatan pembelajaran adalah proses guru dalam mengajar didalam kelas. Padahal dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru tidak hanya sekedar ‘mengajar’ yakni menyampaikan pengetahuan kepada siswa.
Dalam Per-Menpan RB nomor 16/2009 tentang jafung guru dan angka kreditnya, dijelaskan pada pasal 1, “Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan guru dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran, menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan terhadap peserta didik”.

1.    Kegiatan Pendahuluan
a.     Makna Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dengan komponen-komponen pembelajaran lainnya. Kegiatan pendahuluan pada dasarnya merupakan kegiatan yang harus ditempuh guru dan siswa pada setiap kali pelaksanaan sebuah pembelajaran. Fungsi kegiatan pendahuluan terutama adalah untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir. Melalui kegiatan ini, siswa akan termotivasi untuk aktif berbicara dan mengeluarkan pendapatnya sehingga pada akhirnya akan muncul rasa ingin tahu dari setiap anak. Dengan demikian, melalui kegiatan pendahuluan siswa akan tergiring pada kegiatan inti baik yang berkaitan dengan tugas belajar yang harus dilakukannya maupun berkaitan dengan materi ajar yang harus dipahaminya.
b.    Bentuk Kegiatan Pendahuluan
1)        Kegiatan menyiapkan siswa yang langsung berkaitan dengan materi yang akan dibahas disebut kegiatan awal pembelajaran. Sementara itu kegiatan yang tidak langsung berkaitan dengan materi atau kompetensi yang akan dibahas disebut kegiatan pra pembelajaran. Kegiatan utama yang perlu dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini diantaranya, yaitu menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif, memberi acuan, melaksanakan kegiatan apersepsi (apperception) dan penilaian awal (pre-test).

Ø  Penciptaan Kondisi Awal Pembelajaran
Proses pembelajaran  akan berhasil dengan baik apabila guru sejak awal dapat mengkondisikan kegiatan belajar secara efektif. Upaya yang perlu dilakukan untuk mewujudkan kondisi awal pembelajaran yang efektif tersebut misalnya:
Mengecek atau memeriksa kehadiran siswa (presence, attendance)
Sebelum kegiatan inti pembelajaran dimulai sebaiknya guru mengecek atau memeriksa terlebih dahulu kehadiran siswa. Jika jumlah siswa dalam satu kelas terhitung banyak maka perlu cara yang lebih praktis agar tidak terlalu menyita atau menghabiskan waktu, salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah dengan menanyakan atau meminta siswa yang hadir di kelas untuk menyebutkan siswa yang tidak hadir, kemudian guru menanyakan alasan ketidakhadiran siswa yang tidak hadir tersebut.

Ø  Menumbuhkan kesiapan belajar siswa (readiness)
Kesiapan belajar siswa merupakan salah satu prinsip belajar yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan guru dalam menciptakan kesiapan belajar siswa, khususnya yang dilakukan pada awal pembelajaran diantaranya:
·         Membantu atau membimbing siswa dalam mempersiapkan fasilitas dan sumber belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar.
·         Menciptakan kondisi belajar yang kondusif dan konstruktif dalam kelas.
·         Menunjukkan sikap penuh semangat (antusiasme) dan minat mengajar yang tinggi.
·         Mengontrol (mengelola) seluruh siswa mulai dari awal pembelajaran.
·         Menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran serta minat dan perhatian siswa.
·         Menentukan kegiatan belajar yang memungkinkan siswa dapat melakukannya.

Ø  Menciptakan suasana belajar yang demokratis
Sejak saat awal pembelajaran, siswa harus sudah mulai diarahkan pada suatu kondisi atau suasana belajar yang demokratis dalam rangka menumbuhkan keaktifan siswa dalam belajar. Suasana yang demokratis dalam pembelajaran  akan menumbuhkan keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan, keberanian untuk bertanya, keberanian berpendapat atau mengeluarkan ide/gagasan, dan keberanian memperlihatkan unjuk kerja (performance). Untuk itu guru hendaknya mengembangkan kegiatan awal pembelajaran yang memungkinkan siswa merasa bebas, sukarela, tidak merasa ditekan atau dipaksa dalam belajar.

Ø  Membangkitkan motivasi belajar siswa
Motivasi merupakan motor penggerak aktivitas belajar. Motivasi belajar siswa berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh siswa. Bila siswa yang sedang belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai berguna atau bermanfaat baginya maka motivasi belajarnya akan muncul dengan kuat. Motivasi belajar seperti intrinsik atau motivasi internal. Motivasi ekstrinsik atau motivasi eksternal merupakan motivasi belajar dengan tujuan untuk mendapatkan sesuatu (pujian, hadiah). Motivasi intrinsik disebut pula motivasi murni. Guru harus berusaha memunculkan motivasi intrinsik pada diri siswa di awal kegiatan pembelajaran . Umpamanya dengan cara menjelaskan kaitan tujuan pembelajaran dengan kepentingan atau kebutuhan siswa. Memunculkan motivasi ekstrinsik dapat dilakukan antara lain dengan cara memberikan penguatan seperti memberi pujian atau hadiah, menciptakan situasi belajar yang menyenangkan, atau memberi nasihat.

Ø  Membangkitkan perhatian siswa
Perhatian ialah pemusatan energi psikis (pikiran dan perasaan) terhadap suatu objek yang dipelajari. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar makin baik, dan hasilnya akan makin baik pula. Oleh karena itu sejak awal pembelajaran  guru harus selalu berusaha supaya perhatian siswa terpusat kepada pelajaran.



Ø  Memberi Acuan
Dalam kaitan dengan kegiatan awal pembelajaran, memberi acuan diartikan sebagai upaya guru dalam menyampaikan secara spesifik dan singkat gambaran umum tentang hal-hal yang akan dipelajari dan kegiatan yang akan ditempuh selama pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam memberi acuan, diantaranya sebagai berikut:
·           Memberitahukan tujuan (kemampuan) yang diharapkan atau garis besar materi yang akan dipelajari. Kegiatan paling awal yang perlu dilakukan guru sebelum membahas pelajaran adalah memberitahukan tujuan atau kompetensi dasar yang diharapkan dikuasai siswa setelah pembejaran dilakukan atau garis besar materi yang akan dipelajari untuk mencapai tujuan atau kompetensi tersebut.
·           Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh siswa
Kegiatan lain yang dapat dilakukan di awal pembelajaran adalah menjelaskan alternatif kegiatan belajar yang akan dilakukan di awal pembelajaran adalah menjelaskan alternatif kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa. Dalam tahapan ini, guru juga perlu menyampaikan pada siswa tentang kegiatan belajar yang bagaimana yang harus ditempuh siswa untuk menguasai kemampuan tersebut atau dalam mempelajari teman, topik, atau materi pembelajaran . Misalnya, jika dalam pembelajaran akan digunakan diskusi maka guru harus menyampaikan teknik atau langkah-langkah yang akan ditempuh siswa selama kegiatan diskusi. Jika dalam proses pembelajaran akan digunakan metode eksperimen maka guru harus menyampaikan teknik atau langkah-langkah eksperimen yang akan ditempuh. Jika pembelajaran akan berlangsung dengan kerja kelompok maka guru membentuk kelompok dan menyampaikan teknik atau prosedur kerja kelompok tersebut.

Ø  Membuat Kaitan (Melaksanakan Apersepsi)
Kegiatan membuat kaitan pada awal pembelajaran biasanya dikenal dengan melakukan apersepsi. Dengan kata lain, apersepsi itu pada dasarnya yaitu menumbuhkan tanggapan-tanggapan lama yang telah dimiliki siswa sebelum memberikan bahan baru, atau menerima tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan-tanggapan lama. Atau dengan kata lain apersepsi menekankan pada upaya guru dalam menghubungkan materi pelajaran yang sudah dimiliki oleh siswa dengan materi yang akan dipelajari oleh siswa.
Berikut ini beberapa cara diantaranya yang dapat dilakukan guru dalam membuat kaitan atau melakukan apersepsi:
·      Mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya.
·      Menunjukkan manfaat materi yang dipelajari.
·      Meminta siswa mengemukakan pengalaman yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas.

Ø  Melaksanakan Tes Awal
Tes awal atau pre-test dilaksanakan untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana materi akan bahan pelajaran yang akan dipelajari sudah dikuasai oleh siswa. Informasi ini akan digunakan oleh guru untuk menentukan darimana pembahasan materi baru akan dimulai.

2.        KEGIATAN INTI DALAM PEMBELAJARAN
a.      Makna Kegiatan Inti Pembelajaran
Pada prinsipnya kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Guru perlu mengupayakan bagaimana caranya supaya siswa dapat mengoptimalkan kegiatan belajarnya. Melalui kegiatan inti pembelajaran siswa tidak hanya diharapkan memiliki kemampuan yang merupakan dampak instruksional (langsung berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang dirancang sesuai kurikulum) tetapi juga memiliki sikap positif terhadap bahan pelajaran (sebagai dampak pengiring dari kegiatan pembelajaran).

b.      Bentuk Kegiatan Inti Pembelajaran
Kegiatan inti dalam pembelajaran  berkaitan dengan bagaimana melaksanakan kegiatan pembelajaran secara . Setelah kegiatan awal tersebut dilakukan maka selanjutnya guru mengorganisasikan atau mengatur proses pembelajaran dengan menggunakan cara/teknik/metode/pendekatan yang bervariasi yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar berkadar aktivitas tinggi. Kegiatan inti pembelajaran  secara efektif dan efisien terdapat 2 hal yaitu:
Ø  Penyajian bahan pembelajaran harus dilakukan secara  melalui penghubungan konsep dari mata pelajaran lainnya.
Ø  Guru harus berupaya menyajikan bahan pembelajaran  dengan menggunakan strategi dan media pembelajaran yang bervariasi yang mampu mendorong siswa untuk aktif terlibat dalam upaya penemuan pengetahuan baru.

Kegiatan inti pembelajaran, baik dengan pembelajaran  maupun pembelajaran biasa menggambarkan penggunaan strategi dan media pembelajaran serta metode mengajar dalam upaya membantu siswa mencapai kompetensi yang diharapkan.
Berkenaan dengan penggunaan strategi pembelajaran, terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan guru, faktor-faktor tersebut sebagai berikut:
Ø  Tujuan
Penguasaan pengetahuan menurut adanya kegiatan penyajian seperti mendengarkan penjelasan guru, memperhatikan demonstrasi, melakukan observasi, melaksanakan percobaan, berdiskusi, dan sebagainya.pembentukan keterampilan menurut adanya kegiatan latihan, keterampilan hanya akan dikuasai siswa apabila siswa melakukan latihan, kemampuan siswa memainkan alat musik dapat dikuasai dengan baik oleh siswa apabila siswa banyak berlatih.
Ø  Materi
Jenis dan tingkat kesulitan materi pelajaran juga turut menentukan penentuan kegiatan pembelajaran. Apabila materi yang akan dibahas bersifat abstrak maka dalam kegiatan pembelajaran guru hendaknya memberikan contoh-contoh. Apabila materi yang dibahas merupakan materi baru maka guru hendaknya memberikan penjelasan singkat atau melakukan demonstasi.
Ø  Siswa
Dalam menentukan kegiatan pembelajaran, guru juga perlu memperhatikan faktor siswa, yang mencakup karakteristik dan jumlah siswa di dalam kelas. Apabila akan melaksanakan percobaan di laboratorium, guru harus yakin bahan dan alat yang ada di laboratorium bukan merupakan hal yang baru sehingga pada waktu memasuki laboratorium siswa tidak merasa canggung menggunakan alat-alat percobaan.


Ø  Guru
Kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran. Apabila guru merasa tidak mampu melakukan percobaan, sebaiknya guru meminta bantuan guru lain untuk melakukan percobaan tersebut.
Ø  Fasilitas, Ruang dan Waktu
Melakukan percobaan secara individual memang akan sangat baik bagi siswa. Tetapi apabila alat dan bahan yang tersedia tidak mencukupi untuk setiap siswa bukan berarti kegiatan percobaan ditiadakan. Dalam hal ini guru dapat meminta siswa untuk melakukan percobaan kelompok. Selain itu apabila Anda memiliki waktu yang tidak banyak, metode kerja kelompok kurang tepat dilaksanakan karena Anda akan menghabiskan waktu tersebut hanya untuk membentuk kelompok dan mempersiapkan fasilitas yang diperlukan.
Ø  Penggunaan media dalam pembelajaran 
Penggunaan media dalam pembelajaran juga juga memiliki kekuatan sebagai berikut:
·           Memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya.
·           Memungkinkan adanya keseragaman pengamatan atau persepsi belajar pada masing-masing siswa.
·           Membangkitkan motivasi belajar siswa.
·           Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.
·            pesan atau informasi belajar secara serempak bagi seluruh siswa.
·           Mengatasi keterbatasan waktu dan ruang.
·           Mengontrol arah dan kecepatan belajar siswa.

3.        KEGIATAN AKHIR DAN TINDAK LANJUT DALAM PEMBELAJARAN
Prosedur terakhir yang perlu dilaksanakan dalam pembelajaran  dan pembelajaran pada umumnya, yaitu kegiatan akhir dan tindak lanjut kegiatan ini dilakukan terutama untuk memantapkan pemahaman siswa terhadap kegiatan belajar yang telah berlangsung, mengetahui keberhasilan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang telah dijalani, serta memberikan tindak lanjut untuk mengembangkan kemampuan yang baru dikuasai siswa. Kegiatan akhir dan tindak lanjut ini memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu guru perlu mengidentifikasi secara sistematis tentang kegiatan-kegiatan belajar yang dapat dilaksanakan dalam kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran
a.      Makna Kegiatan Akhir Dan Tindak Lanjut
Kegiatan akhir dalam pembelajaran  tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup semua rangkaian kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini juga mengandung makna sebagai kegiatan untuk memantapkan pemahaman siswa terhadap kompetensi dasar dan bahan pembelajaran yang telah dipelajarinya, serta mengetahui keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung dan dijalani oleh siswa dan guru. Kegiatan yang biasa dilakukan guru dalam kegiatan akhir ini adalah memberikan tes, baik lisan maupun tertulis. Berdasarkan hasil kegiatan akhir (meninjau kembali penguasaan siswa dan atau melaksanakan penilaian).

b.      Bentuk Kegiatan Inti Pembelajaran
Kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka memantapkan pemahaman siswa terhadap kompetensi dasar yang harus dicapainya. Waktu yang disediakan untuk kegiatan akhir dan tindak lanjut ini biasanya relatif singkat (kurang lebih 5-10 menit). Dalam hal ini, guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin melalui bentuk-bentuk kegiatan yang tepat.
Berikut ini beberapa alternatif bentuk kegiatan yang dapat diterapkan dalam kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran  di sekolah dasar.
Ø  Kegiatan Akhir Pembelajaran
·           Meninjau kembali penguasaan siswa
Untuk meninjau kembali penguasaan siswa terhadap materi yang akan dipelajari siswa, guru dapat melakukan dua cara yaitu merangkum (menyimpulkan) pokok materi atau membuat ringkasan materi pelajaran. Dalam melaksanakan kegiatan membuat rangkuman/kesimpulan/ringkasan, hendaknya memperhatikan kriteria sebagai berikut:
ü  Berorentasi pada acuan hasil belajar dan kompetensi dasar.
ü  Singkat, jelas dan bahasa (tulis/lisan) mudah dipahami.
ü  Kesimpulan/rangkuman/ringkasan tidak keluar dari topik yang telah dibahas.
ü  Dapat menggunakan waktu sesingkat mungkin.
·           Melaksanakan penilaian
Pengecekan atau penilaian terhadap pemahaman siswa sangat penting dilakukan guru dengan maksud untuk melihat apakah siswa telah mencapai kompetensi dasar yang diharapkan, atau belum. Oleh karena itu, guru perlu memiliki kemampuan dalam menilai hasil belajar siswa.

Ø  Melaksanakan Tindak Lanjut Pembelajaran
Berdasarkan hasil kegiatan akhir (meninjau kembali penguasaan siswa dan/atau melaksanakan penilaian), guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan tindak lanjut pembelajaran dapat dilaksanakan di luar jam pelajaran, sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia. Pada prinsipnya, kegiatan tindak lanjut pembelajaran dilaksanakan untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa baik dalam bentuk pengayaan (enrichment) maupun perbaikan (remedial).
Beberapa alternatif kegiatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan kegiatan tindak lanjut pembelajaran:
·           Memberikan pekerjaan rumah
Pekerjaan rumah (homework) pada dasarnya merupakan kegiatan yang sudah sering dilakukan oleh guru sekolah dasar untuk meningkatkan atau memantapkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Tugas yang diberikan harus bersifat fleksibel dan perlu diintegrasikan () dengan mata-mata pelajaran yang lain.
ü  Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan guru pada saat memberikan tugas/latihan yang harus dikerjakan oleh siswa di rumah.
Guru hendaknya menentukan dan menjelaskan secara singkat tentang topik atau tema tugas dan latihan yang harus dikerjakan siswa.
ü  Guru perlu menjelaskan tentang tahapan tugas-tugas yang harus dikerjakan berdasarkan lembaran tugas. Guru hendaknya memberikan gambaran alternatif penyelesaian tugas tersebut.
ü  Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang tugas yang belum dipahaminya. Guru hendaknya menegaskan tentang kriteria dan batas waktu penyelesaian tugas tersebut.
ü  Guru menjelaskan tentang proses penyelesaian tugas, apakah tugas dapat dilaksanakan di rumah atau di sekolah, sesuai dengan karakteristik tugas yang bersangkutan.
ü  Guru hendaknya meminta untuk menyerahkan dan mengerjakan tugas sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
ü  Guru harus memeriksa dan membahas setiap tugas yang diberikan.

·           Membahas kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit
Guru perlu membahas kembali materi pelajaran yang dianggap sulit. Guru juga perlu mempertimbangkan jumlah waktu yang tersedia. Apabila membutuhkan waktu yang relatif panjang, perlu dicari alternatif lain misalnya dilaksanakan di luar jam pelajaran. Guru hendaknya membuat desain tindak lanjut pembelajaran yang mencakup rumusan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, kegiatan belajar, evaluasi serta sumber belajar yang diperlukan.

·      Menugaskan membaca materi pelajaran tertentu
Kegiatan tindak lanjut pembelajaran  yang dapat diberikan guru adalah menugaskan siswa untuk membaca topik tertentu yang sesuai dengan pokok materi yang telah dibahas dari sumber bacaan yang telah diterapkan. Untuk tugas ini, sebaiknya guru memberikan pertanyaan-pertanyaan pengarah sebagai pedoman siswa dalam membaca topik tersebut.

·      Memberikan motivasi atau bimbingan belajar
Pada kegiatan akhir dan tindak lanjut, guru perlu memberikan balikan dan bimbingan belajar, baik kepada siswa yang telah berhasil menguasai kompetensi maupun kepada siswa yang belum berhasil. Pemberian balikan ini dapat dilakukan dengan memberikan penguatan (reinforcement) baik verbal (dengan kata-kata atau kalimat) maupun nonverbal. Dengan kreatifitasnya, guru mampu memilih kata-kata, kalimat atau ungkapan yang bersifat afirmatif (dapat menggugah dan menggelorakan semangat belajar tinggi) misalnya “Kamu bisa!”, “Semua pasti mampu melakukannya!”, “Jangan takut salah, ibu akan membimbingmu!” dan sebagainya.

·         Mengemukakan topik untuk pertemuan berikutnya
Kegiatan tindak lanjut lain yang dapat dilakukan guru adalah mengemukakan atau memberikan gambaran kepada siswa tentang topik bahasan atau tema yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. Hal ini dilakukan untuk membimbing atau mengarahkan siswa dalam kegiatan belajar yang dilakukan di luar jam pelajaran.

B.  TIPE-TIPE BELAJAR
Dalam konteks pendidikan, keanekaragaman Manusia dapat ditemui dalam hal tipe-tipe belajar siswa. Para ahli di bidang pendidikan menemukan fakta bahwa setiap individu siswa memiliki tipe belajarnya sendiri-sendiri. Tipe-tipe belajar tersebut cenderung berbeda satu sama lain (walaupun ada juga yang sama). Fakta tersebut selanjutnya menjadi acuan bagi para guru dalam menentukan metode pembelajaran apa yang sekiranya cocok diterapkan dikelasnya. Hal ini menjadi penting mengingat sebuah kelas terdiri dari sekumpulan individu yang berbeda. Dengan demikian, sangat dimungkinkan terdapat beraneka ragam tipe belajar di dalamnya. Alangkah tidak bijak jika guru hanya menggunakan satu metode mengajar saja secara monoton dalam setiap KBM-nya. Dengan kata lain, guru tersebut terindikasi hanya mengakomodasi salah satu dari sekian banyak tipe belajar siswanya.
Untuk itu, guru profesional adalah guru yang mengajar dengan multimetode danmultigaya. Namun demikian, penerapan multimetode pengajaran tidak bisa sembarangan. Guru profesional tetap harus melakukan pengidentifikasian dahulu terhadap tipe-tipe belajar siswanya. Pengidentifikasian ini pada awalnya bisa menyulitkan, namun akan menjadi mudah jika telah terbiasa. Berikut adalah sedikit panduan mengidentifikasi tipe-tipe belajar siswa melalui pengenalan ciri dan sifatnya.
1.        Tipe Belajar Visual
Bagi siswa yang bertipe belajar visual, yang mememgang peranan penting adalah mata / penglihatan visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / ititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran ersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis.
a.       Ciri-ciri Tipe Belajar Visual :
Ø   Bicara agak cepat
Ø   Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
Ø   Tidak mudah terganggu oleh keributan
Ø   Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
Ø   Lebih suka membaca dari pada dibacakan
Ø   Pembaca cepat dan tekun
Ø   Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
Ø   Lebih suka melakukan demonstrasi daripada pidato
Ø   Lebih suka musik dari pada seni
Ø   Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya
Ø   Mengingat dengan Asosiasi Visual
2.        Tipe Belajar Auditif
Siswa yang bertipe auditif mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Karena akan sia-sialah guru yang menerangkan kepada siswa tuli, walaupun guru tersebut menerangkan dengan lantang , jelas dan dengan intonasi yang tepat.
a.       Ciri-ciri Tipe Belajar Auditif :
Ø   Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
Ø   Penampilan rapi
Ø   Mudah terganggu oleh keributan
Ø   Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
Ø   Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
Ø   Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
Ø   Biasanya ia pembicara yang fasih
Ø   Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
Ø   Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
Ø   Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain
Ø   Berbicara dalam irama yang terpola
Ø   Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara
3.    Tipe Belajar Kinestetik
Siswa yang bertipe belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
a.         Ciri-ciri Tipe Belajar Kinestetik :
Ø   Berbicara perlahan
Ø   Penampilan rapi
Ø   Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
Ø   Belajar melalui memanipulasi dan praktek
Ø   Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
Ø   Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
Ø   Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
Ø   Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
Ø   Menyukai permainan yang menyibukkan
Ø   Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
Ø   Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
4.        Tipe Belajar Taktil
Taktil artinya rabaan atau sentuhan. Siswa yang seperti ini penyerapan hasil pendidikannya melaui alat peraba yaitu tangan atau kulit.
Contoh : mengatur ruang ibadah, menentukan buah-buahan yang rusak (busuk)

5.        Tipe Belajar Olfaktoris
Keberhasilan siswa yang bertipe olfaktoris , tergantung pada alat indra pencium, tipe siswa ini akan sangat cepat menyesuaikan dirinya dengan suasana bau lingkungan. Siswa tipe ini akan cocok bila bekerja di : laboratorium

6.        Tipe Belajar Gustative
Siswa yang bertipe gustative ( kemampuan mencicipi ) adalah mereka yang mencirikan belajarnya lebih mengandalkan kecapan lidah. Mereka akan lebih cepat memahami apa yang dipelajarinya melalui indra kecapnya.


7.        Tipe Belajar Kombinatif
Siswa bertipe kombinatif adalah siswa yang dapat dan mampu mengikuti pelajaran dengan menggunakan lebih dari satu alat indra.Ia dapat menerima pelajaran dangan mata dan telinga sekaligus ketika belajar. Karena banyak ragam tipe belajar siswa, maka kita sebagai pendidik hendaknya mengenali betul anak didik kita dan hendaknya pendidik memiliki berbagai metode mengajar, agar siswa dapat menerima atau mengerti apa yang disampaikan oleh gurunya dengan seefektif dan seefisien mungkin.



















BAB III
KESIMPULAN
   Dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru tidak hanya sekedar ‘mengajar’ yakni menyampaikan pengetahuan kepada siswa.
Dalam Per-Menpan RB nomor 16/2009 tentang jafung guru dan angka kreditnya, dijelaskan pada pasal 1, “Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan guru dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran, menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan terhadap peserta didik”.
Namun, keanekaragaman siswa pasti akan ditemui oleh setiap guru dalam hal tipe-tipe belajar siswa. Para ahli di bidang pendidikan menemukan fakta bahwa setiap individu siswa memiliki tipe belajarnya sendiri-sendiri. Tipe-tipe belajar tersebut cenderung berbeda satu sama lain (walaupun ada juga yang sama). Fakta tersebut selanjutnya menjadi acuan bagi para guru dalam menentukan metode pembelajaran apa yang sekiranya cocok diterapkan dikelasnya. Hal ini menjadi penting mengingat sebuah kelas terdiri dari sekumpulan individu yang berbeda. Dengan demikian, sangat dimungkinkan terdapat beraneka ragam tipe belajar di dalamnya. Alangkah tidak bijak jika guru hanya menggunakan satu metode mengajar saja secara monoton dalam setiap KBM-nya. Dengan kata lain, guru tersebut terindikasi hanya mengakomodasi salah satu dari sekian banyak tipe belajar siswanya.








           
DAFTAR PUSTAKA
Asep Herry Hernawan, Novi Resmini dan Andayani. 2009. Pembelajaran Terpadu di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar