BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran di dalam pendidikan pembelajaran di
sekolah formal maupun non formal tentunya terdapat kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru (Sumber Belajar) terhadap muridnya (warga belajar). Karena
tanpa kegiatan belajar setiap pengetahuan dan keterampilan yang ingin guru
sampaikan tidak akan pernah bisa tersampaikan kepada warga belajar dan melalui
kegiatan belajarlah guru bisa menyampaikan ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang dibutuhkan oleh siswanya.
Namun, dalam kegiatan pembelajaran seorang guru akan menghadapi
siswa yang beraneka ragam, dan keaneka ragaman tersebut akan mempengaruhi tipe
belajar setiap orang yang akhirnya akan membedakan cara pemahaman dan cara
pembelajaran yang harus di berikan kepada masing-masing siswa.
Maka dari itu, makalah ini akan membahas tentang kegiatan
pembelajaran dan tipe-tipe apa saja yang di miliki oleh setiap manusia.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa Itu Kegiatan
Pembelajaran?
2.
Kegiatan Apa Saja Yang Harus
Ada Dalam Kegiatan Pembelajaran?
3.
Tipe-Tipe Belajar Apa Saja
Yang Dimiliki Oleh Manusia?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pemahaman
umum tentang kegiatan pembelajaran adalah proses guru dalam mengajar didalam
kelas. Padahal dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru tidak hanya sekedar
‘mengajar’ yakni menyampaikan pengetahuan kepada siswa.
Dalam
Per-Menpan RB nomor 16/2009 tentang jafung guru dan angka kreditnya, dijelaskan
pada pasal 1, “Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan guru dalam menyusun
rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran yang bermutu, menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran, menyusun dan melaksanakan program perbaikan
dan pengayaan terhadap peserta didik”.
1. Kegiatan Pendahuluan
a.
Makna Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan
merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dengan komponen-komponen
pembelajaran lainnya. Kegiatan pendahuluan pada dasarnya merupakan kegiatan
yang harus ditempuh guru dan siswa pada setiap kali pelaksanaan sebuah
pembelajaran. Fungsi kegiatan pendahuluan terutama adalah untuk menciptakan
suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti
proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran,
guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam),
mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada
yang tidak hadir. Melalui kegiatan ini, siswa akan termotivasi untuk aktif
berbicara dan mengeluarkan pendapatnya sehingga pada akhirnya akan muncul rasa
ingin tahu dari setiap anak. Dengan demikian, melalui kegiatan pendahuluan
siswa akan tergiring pada kegiatan inti baik yang berkaitan dengan tugas
belajar yang harus dilakukannya maupun berkaitan dengan materi ajar yang harus
dipahaminya.
b.
Bentuk Kegiatan Pendahuluan
1)
Kegiatan menyiapkan siswa
yang langsung berkaitan dengan materi yang akan dibahas disebut kegiatan awal
pembelajaran. Sementara itu kegiatan yang tidak langsung berkaitan dengan materi
atau kompetensi yang akan dibahas disebut kegiatan pra pembelajaran. Kegiatan
utama yang perlu dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini diantaranya,
yaitu menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif, memberi
acuan, melaksanakan kegiatan apersepsi (apperception) dan penilaian awal
(pre-test).
Ø Penciptaan Kondisi Awal Pembelajaran
Proses pembelajaran akan
berhasil dengan baik apabila guru sejak awal dapat mengkondisikan kegiatan
belajar secara efektif. Upaya yang perlu dilakukan untuk mewujudkan kondisi
awal pembelajaran yang efektif tersebut misalnya:
Mengecek atau memeriksa kehadiran siswa (presence, attendance)
Sebelum kegiatan inti pembelajaran dimulai sebaiknya guru mengecek atau memeriksa terlebih dahulu kehadiran siswa. Jika jumlah siswa dalam satu kelas terhitung banyak maka perlu cara yang lebih praktis agar tidak terlalu menyita atau menghabiskan waktu, salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah dengan menanyakan atau meminta siswa yang hadir di kelas untuk menyebutkan siswa yang tidak hadir, kemudian guru menanyakan alasan ketidakhadiran siswa yang tidak hadir tersebut.
Mengecek atau memeriksa kehadiran siswa (presence, attendance)
Sebelum kegiatan inti pembelajaran dimulai sebaiknya guru mengecek atau memeriksa terlebih dahulu kehadiran siswa. Jika jumlah siswa dalam satu kelas terhitung banyak maka perlu cara yang lebih praktis agar tidak terlalu menyita atau menghabiskan waktu, salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah dengan menanyakan atau meminta siswa yang hadir di kelas untuk menyebutkan siswa yang tidak hadir, kemudian guru menanyakan alasan ketidakhadiran siswa yang tidak hadir tersebut.
Ø Menumbuhkan kesiapan belajar siswa (readiness)
Kesiapan belajar siswa merupakan salah satu prinsip belajar yang
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Ada beberapa alternatif yang
dapat dilakukan guru dalam menciptakan kesiapan belajar siswa, khususnya yang
dilakukan pada awal pembelajaran diantaranya:
·
Membantu atau membimbing
siswa dalam mempersiapkan fasilitas dan sumber belajar yang diperlukan dalam
kegiatan belajar.
·
Menciptakan kondisi belajar
yang kondusif dan konstruktif dalam kelas.
·
Menunjukkan sikap penuh
semangat (antusiasme) dan minat mengajar yang tinggi.
·
Mengontrol (mengelola)
seluruh siswa mulai dari awal pembelajaran.
·
Menggunakan media
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran serta minat dan perhatian
siswa.
·
Menentukan kegiatan belajar
yang memungkinkan siswa dapat melakukannya.
Ø Menciptakan suasana belajar yang demokratis
Sejak saat awal pembelajaran, siswa harus sudah mulai diarahkan
pada suatu kondisi atau suasana belajar yang demokratis dalam rangka
menumbuhkan keaktifan siswa dalam belajar. Suasana yang demokratis dalam
pembelajaran akan menumbuhkan keberanian
siswa dalam menjawab pertanyaan, keberanian untuk bertanya, keberanian
berpendapat atau mengeluarkan ide/gagasan, dan keberanian memperlihatkan unjuk
kerja (performance). Untuk itu guru hendaknya mengembangkan kegiatan awal
pembelajaran yang memungkinkan siswa merasa bebas, sukarela, tidak merasa ditekan
atau dipaksa dalam belajar.
Ø Membangkitkan motivasi belajar siswa
Motivasi merupakan motor penggerak aktivitas belajar. Motivasi
belajar siswa berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh siswa. Bila
siswa yang sedang belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai berguna
atau bermanfaat baginya maka motivasi belajarnya akan muncul dengan kuat.
Motivasi belajar seperti intrinsik atau motivasi internal. Motivasi ekstrinsik
atau motivasi eksternal merupakan motivasi belajar dengan tujuan untuk
mendapatkan sesuatu (pujian, hadiah). Motivasi intrinsik disebut pula motivasi
murni. Guru harus berusaha memunculkan motivasi intrinsik pada diri siswa di
awal kegiatan pembelajaran . Umpamanya dengan cara menjelaskan kaitan tujuan
pembelajaran dengan kepentingan atau kebutuhan siswa. Memunculkan motivasi
ekstrinsik dapat dilakukan antara lain dengan cara memberikan penguatan seperti
memberi pujian atau hadiah, menciptakan situasi belajar yang menyenangkan, atau
memberi nasihat.
Ø Membangkitkan perhatian siswa
Perhatian ialah pemusatan energi psikis (pikiran dan perasaan)
terhadap suatu objek yang dipelajari. Makin terpusat perhatian pada pelajaran,
proses belajar makin baik, dan hasilnya akan makin baik pula. Oleh karena itu
sejak awal pembelajaran guru harus
selalu berusaha supaya perhatian siswa terpusat kepada pelajaran.
Ø Memberi Acuan
Dalam kaitan dengan kegiatan awal pembelajaran, memberi acuan
diartikan sebagai upaya guru dalam menyampaikan secara spesifik dan singkat
gambaran umum tentang hal-hal yang akan dipelajari dan kegiatan yang akan
ditempuh selama pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang dapat dilakukan guru
dalam memberi acuan, diantaranya sebagai berikut:
·
Memberitahukan tujuan
(kemampuan) yang diharapkan atau garis besar materi yang akan dipelajari. Kegiatan
paling awal yang perlu dilakukan guru sebelum membahas pelajaran adalah
memberitahukan tujuan atau kompetensi dasar yang diharapkan dikuasai siswa
setelah pembejaran dilakukan atau garis besar materi yang akan dipelajari untuk
mencapai tujuan atau kompetensi tersebut.
·
Menyampaikan alternatif
kegiatan belajar yang akan ditempuh siswa
Kegiatan lain yang dapat dilakukan di awal pembelajaran adalah menjelaskan alternatif kegiatan belajar yang akan dilakukan di awal pembelajaran adalah menjelaskan alternatif kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa. Dalam tahapan ini, guru juga perlu menyampaikan pada siswa tentang kegiatan belajar yang bagaimana yang harus ditempuh siswa untuk menguasai kemampuan tersebut atau dalam mempelajari teman, topik, atau materi pembelajaran . Misalnya, jika dalam pembelajaran akan digunakan diskusi maka guru harus menyampaikan teknik atau langkah-langkah yang akan ditempuh siswa selama kegiatan diskusi. Jika dalam proses pembelajaran akan digunakan metode eksperimen maka guru harus menyampaikan teknik atau langkah-langkah eksperimen yang akan ditempuh. Jika pembelajaran akan berlangsung dengan kerja kelompok maka guru membentuk kelompok dan menyampaikan teknik atau prosedur kerja kelompok tersebut.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan di awal pembelajaran adalah menjelaskan alternatif kegiatan belajar yang akan dilakukan di awal pembelajaran adalah menjelaskan alternatif kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa. Dalam tahapan ini, guru juga perlu menyampaikan pada siswa tentang kegiatan belajar yang bagaimana yang harus ditempuh siswa untuk menguasai kemampuan tersebut atau dalam mempelajari teman, topik, atau materi pembelajaran . Misalnya, jika dalam pembelajaran akan digunakan diskusi maka guru harus menyampaikan teknik atau langkah-langkah yang akan ditempuh siswa selama kegiatan diskusi. Jika dalam proses pembelajaran akan digunakan metode eksperimen maka guru harus menyampaikan teknik atau langkah-langkah eksperimen yang akan ditempuh. Jika pembelajaran akan berlangsung dengan kerja kelompok maka guru membentuk kelompok dan menyampaikan teknik atau prosedur kerja kelompok tersebut.
Ø Membuat Kaitan (Melaksanakan Apersepsi)
Kegiatan membuat kaitan pada awal pembelajaran biasanya dikenal
dengan melakukan apersepsi. Dengan kata lain, apersepsi itu pada dasarnya yaitu
menumbuhkan tanggapan-tanggapan lama yang telah dimiliki siswa sebelum
memberikan bahan baru, atau menerima tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan
tanggapan-tanggapan lama. Atau dengan kata lain apersepsi menekankan pada upaya
guru dalam menghubungkan materi pelajaran yang sudah dimiliki oleh siswa dengan
materi yang akan dipelajari oleh siswa.
Berikut ini beberapa cara diantaranya yang dapat dilakukan guru
dalam membuat kaitan atau melakukan apersepsi:
· Mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah
dipelajari sebelumnya.
· Menunjukkan manfaat materi yang dipelajari.
· Meminta siswa mengemukakan pengalaman yang berkaitan dengan materi
yang akan dibahas.
Ø Melaksanakan Tes Awal
Tes awal atau pre-test dilaksanakan untuk mengukur dan mengetahui
sejauh mana materi akan bahan pelajaran yang akan dipelajari sudah dikuasai
oleh siswa. Informasi ini akan digunakan oleh guru untuk menentukan darimana
pembahasan materi baru akan dimulai.
2.
KEGIATAN INTI DALAM PEMBELAJARAN
a.
Makna
Kegiatan Inti Pembelajaran
Pada
prinsipnya kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan
pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi
waktu tertentu. Guru perlu mengupayakan bagaimana caranya supaya siswa dapat
mengoptimalkan kegiatan belajarnya. Melalui kegiatan inti pembelajaran siswa
tidak hanya diharapkan memiliki kemampuan yang merupakan dampak instruksional
(langsung berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang dirancang sesuai kurikulum)
tetapi juga memiliki sikap positif terhadap bahan pelajaran (sebagai dampak
pengiring dari kegiatan pembelajaran).
b. Bentuk Kegiatan Inti Pembelajaran
Kegiatan
inti dalam pembelajaran berkaitan dengan
bagaimana melaksanakan kegiatan pembelajaran secara . Setelah kegiatan awal
tersebut dilakukan maka selanjutnya guru mengorganisasikan atau mengatur proses
pembelajaran dengan menggunakan cara/teknik/metode/pendekatan yang bervariasi
yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar berkadar aktivitas
tinggi. Kegiatan inti pembelajaran
secara efektif dan efisien terdapat 2 hal yaitu:
Ø Penyajian
bahan pembelajaran harus dilakukan secara
melalui penghubungan konsep dari mata pelajaran lainnya.
Ø Guru harus
berupaya menyajikan bahan pembelajaran
dengan menggunakan strategi dan media pembelajaran yang bervariasi yang
mampu mendorong siswa untuk aktif terlibat dalam upaya penemuan pengetahuan
baru.
Kegiatan inti pembelajaran, baik dengan
pembelajaran maupun pembelajaran biasa
menggambarkan penggunaan strategi dan media pembelajaran serta metode mengajar
dalam upaya membantu siswa mencapai kompetensi yang diharapkan.
Berkenaan dengan penggunaan strategi pembelajaran, terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan guru, faktor-faktor tersebut sebagai berikut:
Berkenaan dengan penggunaan strategi pembelajaran, terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan guru, faktor-faktor tersebut sebagai berikut:
Ø Tujuan
Penguasaan pengetahuan menurut adanya kegiatan
penyajian seperti mendengarkan penjelasan guru, memperhatikan demonstrasi,
melakukan observasi, melaksanakan percobaan, berdiskusi, dan
sebagainya.pembentukan keterampilan menurut adanya kegiatan latihan,
keterampilan hanya akan dikuasai siswa apabila siswa melakukan latihan,
kemampuan siswa memainkan alat musik dapat dikuasai dengan baik oleh siswa
apabila siswa banyak berlatih.
Ø Materi
Jenis dan tingkat kesulitan materi pelajaran juga
turut menentukan penentuan kegiatan pembelajaran. Apabila materi yang akan
dibahas bersifat abstrak maka dalam kegiatan pembelajaran guru hendaknya
memberikan contoh-contoh. Apabila materi yang dibahas merupakan materi baru
maka guru hendaknya memberikan penjelasan singkat atau melakukan demonstasi.
Ø Siswa
Dalam menentukan kegiatan pembelajaran, guru juga
perlu memperhatikan faktor siswa, yang mencakup karakteristik dan jumlah siswa
di dalam kelas. Apabila akan melaksanakan percobaan di laboratorium, guru harus
yakin bahan dan alat yang ada di laboratorium bukan merupakan hal yang baru
sehingga pada waktu memasuki laboratorium siswa tidak merasa canggung
menggunakan alat-alat percobaan.
Ø Guru
Kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran
perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran. Apabila guru merasa tidak
mampu melakukan percobaan, sebaiknya guru meminta bantuan guru lain untuk
melakukan percobaan tersebut.
Ø Fasilitas,
Ruang dan Waktu
Melakukan percobaan secara individual memang akan
sangat baik bagi siswa. Tetapi apabila alat dan bahan yang tersedia tidak
mencukupi untuk setiap siswa bukan berarti kegiatan percobaan ditiadakan. Dalam
hal ini guru dapat meminta siswa untuk melakukan percobaan kelompok. Selain itu
apabila Anda memiliki waktu yang tidak banyak, metode kerja kelompok kurang
tepat dilaksanakan karena Anda akan menghabiskan waktu tersebut hanya untuk
membentuk kelompok dan mempersiapkan fasilitas yang diperlukan.
Ø Penggunaan
media dalam pembelajaran
Penggunaan media dalam pembelajaran juga juga memiliki
kekuatan sebagai berikut:
·
Memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung dengan
lingkungannya.
·
Memungkinkan adanya keseragaman pengamatan atau
persepsi belajar pada masing-masing siswa.
·
Membangkitkan motivasi belajar siswa.
·
Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan
dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.
·
pesan atau
informasi belajar secara serempak bagi seluruh siswa.
·
Mengatasi keterbatasan waktu dan ruang.
·
Mengontrol arah dan kecepatan belajar siswa.
3.
KEGIATAN AKHIR DAN TINDAK LANJUT DALAM PEMBELAJARAN
Prosedur
terakhir yang perlu dilaksanakan dalam pembelajaran dan pembelajaran pada umumnya, yaitu kegiatan
akhir dan tindak lanjut kegiatan ini dilakukan terutama untuk memantapkan
pemahaman siswa terhadap kegiatan belajar yang telah berlangsung, mengetahui
keberhasilan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang telah dijalani, serta
memberikan tindak lanjut untuk mengembangkan kemampuan yang baru dikuasai
siswa. Kegiatan akhir dan tindak lanjut ini memiliki peranan yang sangat
penting dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh
karena itu guru perlu mengidentifikasi secara sistematis tentang
kegiatan-kegiatan belajar yang dapat dilaksanakan dalam kegiatan akhir dan
tindak lanjut pembelajaran
a.
Makna
Kegiatan Akhir Dan Tindak Lanjut
Kegiatan
akhir dalam pembelajaran tidak hanya
diartikan sebagai kegiatan untuk menutup semua rangkaian kegiatan pembelajaran.
Kegiatan ini juga mengandung makna sebagai kegiatan untuk memantapkan pemahaman
siswa terhadap kompetensi dasar dan bahan pembelajaran yang telah
dipelajarinya, serta mengetahui keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembelajaran
yang telah berlangsung dan dijalani oleh siswa dan guru. Kegiatan yang biasa
dilakukan guru dalam kegiatan akhir ini adalah memberikan tes, baik lisan
maupun tertulis. Berdasarkan hasil kegiatan akhir (meninjau kembali penguasaan
siswa dan atau melaksanakan penilaian).
b.
Bentuk
Kegiatan Inti Pembelajaran
Kegiatan
akhir dan tindak lanjut pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting
dalam rangka memantapkan pemahaman siswa terhadap kompetensi dasar yang harus
dicapainya. Waktu yang disediakan untuk kegiatan akhir dan tindak lanjut ini
biasanya relatif singkat (kurang lebih 5-10 menit). Dalam hal ini, guru perlu
mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin melalui bentuk-bentuk
kegiatan yang tepat.
Berikut ini beberapa alternatif bentuk kegiatan yang dapat diterapkan dalam kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran di sekolah dasar.
Berikut ini beberapa alternatif bentuk kegiatan yang dapat diterapkan dalam kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran di sekolah dasar.
Ø Kegiatan
Akhir Pembelajaran
·
Meninjau kembali penguasaan siswa
Untuk meninjau
kembali penguasaan siswa terhadap materi yang akan dipelajari siswa, guru dapat
melakukan dua cara yaitu merangkum (menyimpulkan) pokok materi atau membuat
ringkasan materi pelajaran. Dalam melaksanakan kegiatan membuat
rangkuman/kesimpulan/ringkasan, hendaknya memperhatikan kriteria sebagai
berikut:
ü Berorentasi
pada acuan hasil belajar dan kompetensi dasar.
ü Singkat,
jelas dan bahasa (tulis/lisan) mudah dipahami.
ü Kesimpulan/rangkuman/ringkasan
tidak keluar dari topik yang telah dibahas.
ü Dapat
menggunakan waktu sesingkat mungkin.
·
Melaksanakan penilaian
Pengecekan
atau penilaian terhadap pemahaman siswa sangat penting dilakukan guru dengan
maksud untuk melihat apakah siswa telah mencapai kompetensi dasar yang
diharapkan, atau belum. Oleh karena itu, guru perlu memiliki kemampuan dalam
menilai hasil belajar siswa.
Ø Melaksanakan
Tindak Lanjut Pembelajaran
Berdasarkan
hasil kegiatan akhir (meninjau kembali penguasaan siswa dan/atau melaksanakan
penilaian), guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Kegiatan tindak lanjut pembelajaran dapat dilaksanakan di luar
jam pelajaran, sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia. Pada prinsipnya,
kegiatan tindak lanjut pembelajaran dilaksanakan untuk mengoptimalkan hasil
belajar siswa baik dalam bentuk pengayaan (enrichment) maupun perbaikan
(remedial).
Beberapa
alternatif kegiatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan kegiatan tindak
lanjut pembelajaran:
·
Memberikan pekerjaan rumah
Pekerjaan
rumah (homework) pada dasarnya merupakan kegiatan yang sudah sering dilakukan
oleh guru sekolah dasar untuk meningkatkan atau memantapkan penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran. Tugas yang diberikan harus bersifat fleksibel dan
perlu diintegrasikan () dengan mata-mata pelajaran yang lain.
ü Berikut ini
beberapa hal yang perlu diperhatikan guru pada saat memberikan tugas/latihan
yang harus dikerjakan oleh siswa di rumah.
Guru hendaknya menentukan dan menjelaskan secara singkat tentang topik atau tema tugas dan latihan yang harus dikerjakan siswa.
Guru hendaknya menentukan dan menjelaskan secara singkat tentang topik atau tema tugas dan latihan yang harus dikerjakan siswa.
ü Guru perlu
menjelaskan tentang tahapan tugas-tugas yang harus dikerjakan berdasarkan
lembaran tugas. Guru hendaknya memberikan gambaran alternatif penyelesaian
tugas tersebut.
ü Guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang tugas yang belum dipahaminya.
Guru hendaknya menegaskan tentang kriteria dan batas waktu penyelesaian tugas
tersebut.
ü Guru
menjelaskan tentang proses penyelesaian tugas, apakah tugas dapat dilaksanakan
di rumah atau di sekolah, sesuai dengan karakteristik tugas yang bersangkutan.
ü Guru
hendaknya meminta untuk menyerahkan dan mengerjakan tugas sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan.
ü Guru harus
memeriksa dan membahas setiap tugas yang diberikan.
·
Membahas kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit
Guru perlu
membahas kembali materi pelajaran yang dianggap sulit. Guru juga perlu
mempertimbangkan jumlah waktu yang tersedia. Apabila membutuhkan waktu yang
relatif panjang, perlu dicari alternatif lain misalnya dilaksanakan di luar jam
pelajaran. Guru hendaknya membuat desain tindak lanjut pembelajaran yang
mencakup rumusan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, kegiatan belajar,
evaluasi serta sumber belajar yang diperlukan.
· Menugaskan
membaca materi pelajaran tertentu
Kegiatan
tindak lanjut pembelajaran yang dapat
diberikan guru adalah menugaskan siswa untuk membaca topik tertentu yang sesuai
dengan pokok materi yang telah dibahas dari sumber bacaan yang telah
diterapkan. Untuk tugas ini, sebaiknya guru memberikan pertanyaan-pertanyaan
pengarah sebagai pedoman siswa dalam membaca topik tersebut.
· Memberikan
motivasi atau bimbingan belajar
Pada
kegiatan akhir dan tindak lanjut, guru perlu memberikan balikan dan bimbingan
belajar, baik kepada siswa yang telah berhasil menguasai kompetensi maupun
kepada siswa yang belum berhasil. Pemberian balikan ini dapat dilakukan dengan
memberikan penguatan (reinforcement) baik verbal (dengan kata-kata atau
kalimat) maupun nonverbal. Dengan kreatifitasnya, guru mampu memilih kata-kata,
kalimat atau ungkapan yang bersifat afirmatif (dapat menggugah dan
menggelorakan semangat belajar tinggi) misalnya “Kamu bisa!”, “Semua pasti
mampu melakukannya!”, “Jangan takut salah, ibu akan membimbingmu!” dan
sebagainya.
·
Mengemukakan topik untuk pertemuan berikutnya
Kegiatan
tindak lanjut lain yang dapat dilakukan guru adalah mengemukakan atau
memberikan gambaran kepada siswa tentang topik bahasan atau tema yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya. Hal ini dilakukan untuk membimbing atau
mengarahkan siswa dalam kegiatan belajar yang dilakukan di luar jam pelajaran.
B. TIPE-TIPE BELAJAR
Dalam konteks pendidikan,
keanekaragaman Manusia dapat ditemui dalam hal tipe-tipe belajar siswa. Para
ahli di bidang pendidikan menemukan fakta bahwa setiap individu siswa memiliki
tipe belajarnya sendiri-sendiri. Tipe-tipe belajar tersebut cenderung berbeda
satu sama lain (walaupun ada juga yang sama). Fakta tersebut selanjutnya
menjadi acuan bagi para guru dalam menentukan metode pembelajaran apa
yang sekiranya cocok diterapkan dikelasnya. Hal ini menjadi penting mengingat
sebuah kelas terdiri dari sekumpulan individu yang berbeda. Dengan demikian,
sangat dimungkinkan terdapat beraneka ragam tipe belajar di dalamnya. Alangkah
tidak bijak jika guru hanya menggunakan satu metode mengajar saja secara
monoton dalam setiap KBM-nya. Dengan kata lain, guru tersebut terindikasi hanya
mengakomodasi salah satu dari sekian banyak tipe belajar siswanya.
Untuk itu, guru profesional
adalah guru yang mengajar dengan multimetode danmultigaya. Namun
demikian, penerapan multimetode pengajaran tidak bisa sembarangan. Guru profesional
tetap harus melakukan pengidentifikasian dahulu terhadap tipe-tipe belajar
siswanya. Pengidentifikasian ini pada awalnya bisa menyulitkan, namun akan
menjadi mudah jika telah terbiasa. Berikut adalah sedikit panduan
mengidentifikasi tipe-tipe belajar siswa melalui pengenalan ciri dan sifatnya.
1.
Tipe Belajar Visual
Bagi siswa yang bertipe belajar visual, yang mememgang peranan penting
adalah mata / penglihatan visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang
digunakan guru sebaiknya lebih banyak / ititikberatkan pada peragaan / media,
ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran ersebut, atau dengan
cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di
papan tulis.
a.
Ciri-ciri Tipe Belajar Visual :
Ø
Bicara agak cepat
Ø
Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
Ø
Tidak mudah terganggu oleh keributan
Ø
Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
Ø
Lebih suka membaca dari pada dibacakan
Ø
Pembaca cepat dan tekun
Ø
Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi
tidak pandai memilih kata-kata
Ø
Lebih suka melakukan demonstrasi daripada pidato
Ø
Lebih suka musik dari pada seni
Ø
Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal
kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya
Ø
Mengingat dengan Asosiasi Visual
2.
Tipe Belajar Auditif
Siswa yang bertipe auditif mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga
( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan
siswanya hingga ke alat pendengarannya. Karena akan sia-sialah guru yang
menerangkan kepada siswa tuli, walaupun guru tersebut menerangkan dengan
lantang , jelas dan dengan intonasi yang tepat.
a.
Ciri-ciri Tipe Belajar Auditif :
Ø
Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
Ø
Penampilan rapi
Ø
Mudah terganggu oleh keributan
Ø
Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang
didiskusikan dari pada yang dilihat
Ø
Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
Ø
Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di
buku ketika membaca
Ø
Biasanya ia pembicara yang fasih
Ø
Lebih pandai mengeja dengan keras daripada
menuliskannya
Ø
Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
Ø
Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang
melibatkan Visual, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain
Ø
Berbicara dalam irama yang terpola
Ø
Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama
dan warna suara
3. Tipe Belajar Kinestetik
Siswa yang
bertipe belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
a.
Ciri-ciri Tipe Belajar Kinestetik :
Ø
Penampilan rapi
Ø
Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
Ø
Belajar melalui memanipulasi dan praktek
Ø
Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
Ø
Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
Ø
Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam
bercerita
Ø
Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan
gerakan tubuh saat membaca
Ø
Menyukai permainan yang menyibukkan
Ø
Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka
memang pernah berada di tempat itu
Ø
Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka
Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
4.
Tipe Belajar Taktil
Taktil artinya rabaan atau sentuhan. Siswa yang seperti ini penyerapan
hasil pendidikannya melaui alat peraba yaitu tangan atau kulit.
Contoh : mengatur ruang ibadah, menentukan buah-buahan yang rusak (busuk)
5.
Tipe Belajar Olfaktoris
Keberhasilan siswa yang bertipe olfaktoris , tergantung pada alat indra
pencium, tipe siswa ini akan sangat cepat menyesuaikan dirinya dengan suasana
bau lingkungan. Siswa tipe ini akan cocok bila bekerja di : laboratorium
6.
Tipe Belajar Gustative
Siswa yang
bertipe gustative ( kemampuan mencicipi ) adalah mereka yang mencirikan
belajarnya lebih mengandalkan kecapan lidah. Mereka akan lebih cepat memahami
apa yang dipelajarinya melalui indra kecapnya.
7.
Tipe Belajar Kombinatif
Siswa bertipe kombinatif adalah
siswa yang dapat dan mampu mengikuti pelajaran dengan menggunakan lebih dari
satu alat indra.Ia dapat menerima pelajaran dangan mata dan telinga sekaligus
ketika belajar. Karena banyak ragam tipe belajar siswa, maka kita sebagai
pendidik hendaknya mengenali betul anak didik kita dan hendaknya pendidik
memiliki berbagai metode mengajar, agar siswa dapat menerima atau mengerti apa
yang disampaikan oleh gurunya dengan seefektif dan seefisien mungkin.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam melaksanakan proses
pembelajaran, guru tidak hanya sekedar ‘mengajar’ yakni menyampaikan
pengetahuan kepada siswa.
Dalam
Per-Menpan RB nomor 16/2009 tentang jafung guru dan angka kreditnya, dijelaskan
pada pasal 1, “Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan guru dalam menyusun rencana
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran yang bermutu, menilai dan mengevaluasi
hasil pembelajaran, menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan
terhadap peserta didik”.
Namun, keanekaragaman siswa pasti
akan ditemui oleh setiap guru dalam hal tipe-tipe belajar siswa. Para ahli di
bidang pendidikan menemukan fakta bahwa setiap individu siswa memiliki tipe
belajarnya sendiri-sendiri. Tipe-tipe belajar tersebut cenderung berbeda satu
sama lain (walaupun ada juga yang sama). Fakta tersebut selanjutnya menjadi
acuan bagi para guru dalam menentukan metode pembelajaran apa
yang sekiranya cocok diterapkan dikelasnya. Hal ini menjadi penting mengingat
sebuah kelas terdiri dari sekumpulan individu yang berbeda. Dengan demikian,
sangat dimungkinkan terdapat beraneka ragam tipe belajar di dalamnya. Alangkah
tidak bijak jika guru hanya menggunakan satu metode mengajar saja secara
monoton dalam setiap KBM-nya. Dengan kata lain, guru tersebut terindikasi hanya
mengakomodasi salah satu dari sekian banyak tipe belajar siswanya.
DAFTAR PUSTAKA
Asep Herry Hernawan, Novi Resmini dan Andayani. 2009. Pembelajaran
Terpadu di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar