BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia adalah makhluk yang penuh
misteri. Banyak hal-hal yang belum terungkap sepenuhnya dalam diri manusia.
upaya-upaya untuk memahami pribadi manusia ini telah dilakukan oleh para ahli
sejak lama bahkan hingga saat ini. Hal ini dibuktikan dengan buku-buku
kontemporer yang membahasa tentang kepribadian manusia yang terus dicetak dan
diperbaharui dari tahun ketahun.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh
para ahli untuk memahami kepribadian manusia adalah dengan disusunnya
teori-teori kepribadian. Menurut Farozin dan Fathiyah (2004:3) kata
kepribadian berasal dari kata personality (inggris) yang
berasal dari kata persona (latin) yang berarti topeng. Topeng
adalah instrumen yang digunakan oleh para pemain peran, digunakan untuk
menutupi muka, saat tampil di atas panggung. Istilah topeng ini digunakan untuk
menggambarkan watak, atau perilaku seseorang yang terkadang menampilkan
ekspresi berbeda antara perasaan dan wajahnya.
Untuk menjelaskan fenomena-fenomena
tersebut maka lahirlah teori-teori kepribadian yang diharapkan dapat member
kemudahan kepada kita untuk mendapatkan pemahaman tentang manusia. Menurut Hall
dan Lindzey (Farozin dan Fathiyah, 2004:5) sebuah teori kepribadian diharapkan
mampu memberikan jawaban atas pertanyaan sekitar apa, bagaimana, dan mengapa
tentang tingkah laku manusia.
Sejak zaman dahulu hingga saat ini
telah banyak teori kepribadian yang telah diajarkan oleh para ahli-ahli
psikologi. Diantaranya adalah teori kepribadian Erik Erikson dan Sigmun Freud.
Makalah ini akan membahas tentang teori kepribadian Erik Erikson dan Sigmun
Freud untuk memahami Konsep dasar teori kepribadian, struktur kepribadian,
proses perkembangan kepribadian, dan implikasi teori kepribadian terhadap
konseling.
B. Rumusan Masalah
1. Kepribadian Menurut Erik Erikson
2. Dinamika Kepribadian Menurut Erik
Erikson
3. Perkembangan Kepribadian Menurut
Erik Erikson
4. Kepribadian Menurut Sigmun Freud
5. Dinamika Kepribadian Menurut Sigmun
Freud
6. Perkembangan Kepribadian Menurut
Sigmun Freud
BAB
II
PEMBAHASAN
A. ERIK ERIKSON
1.
Teori
Kepribadian Menurut Erik Erikson
Konsep dasar kepribadian manusia
menurut Erik Erikson tidak hanya dipengaruhi oleh keinginan/dorongan dari dalam
diri individu, tapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, seperti adat,
budaya, dan lingkungan tempat dimana kepribadian individu berkembang dengan
menghadapi serangkaian tahapan-tahapan sejak manusia lahir (bayi) hingga
memasuki usila lanjut usia (masa dewasa akhir).
2. Dinamika Kepribadian Menurut Erik
Erikson
Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi
antara kebutuhan dasar
biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan sosial. Hal ini
berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir dibentuk oleh
pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme. Sehingga
seseorang tersebut menjadi matang secara fisik dan psikologi.
Kemampuan bawaan penting dalam perkembangan kepribadian namun, ego muncul
karena dibentuk oleh masyarakat. Bagi Erickson , pada waktu manusia lahir, ego
hadir hanya sebagai potensi namun, untuk
menjadi aktual dia harus hadir dalam lingkungan kultural.
Masyarakat yang berbeda, dengan
perbedaan kebiasaan cara mengasuh anak, cenderung membentuk kepribadian yang
sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai budayanya Erikson menganggap ego
sebagai sumber kesadarn diri seseorang. Selama menyesuaikan diri dengan realita,
maka ego mengembangkan perasaan keberkelanjutan diri dengan masa lalu dan masa
yang akan datang.
Menurut Erikson, ego berkembang
melalui berbagai tahap kehidupan mengikuti prinsip epigenetik, artinya tiap
bagian dari ego berkembang pada tahap perkembangan tertentu dalam rentangan
waktu tertentu. Tahap perkembangan yang satu
terbentuk dan dikembangkan di atas perkembangan sebelumnya (tetapi tidak
mengganti perkembangan tahap sebelumnya itu).
3.
Perkembangan
Kepribadian Menurut Erik Erikson
Delapan fase
perkembangan kepribadian menurut
Erikson memiliki ciri utama
setiap tahapnya yaitu di satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak
bersifat sosial, dan setiap tahap mempuyai masa optimal atau masa kritis yang
harus dikembangkan dan diselesaikan. Adapun tingkatan dalam delapan tahap
perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia menurut Erikson adalah sebagai berikut :
Developmental Stage
|
Basic Components
|
Fase
Bayi ( 0-1 tahun )
Fase
anak-anak ( 2-3 tahun )
Fase Pra
sekolah(4-6 tahun)
Usia
Sekolah ( 6 -11 tahun )
Remaja (
12 – 20 tahun )
Dewasa
Awal (21-40 tahun)
Dewasa (
41-65 tahun )
Usia tua
( >65 tahun )
|
Kepercayaan vs Kecurigaan
Otonomi vs Perasaan malu,
ragu-ragu
Inisiatif vs Kesalahan
Kerajinan vs Inferioritas
Identitas vs Kekacauan Identitas
Keintiman vs Isolasi
Generativity vs Stagnasi:
Perhatian
Integritas vs Keputusasaan
|
a.
Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)
Masa bayi (infancy)
ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi didasari oleh
dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia
sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak
akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku
oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada
orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara
asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi
tersebut seringkali bayi menangis.
b.
Autonomy vs Shame, Doubt (Otonomi vs Rasa Malu, Ragu-ragu)
Masa kanak-kanak awal
(early childhood) ditandai adanya kecenderungan autonomy – shame, doubt. Pada
masa ini sampai batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam
arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong
oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia telah mulai memiliki rasa malu dan
keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan
dari orang tuanya.
c.
Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah)
Masa pra sekolah
(Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada masa
ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut
dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak
tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan
tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu
dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
d.
Industry vs Inferiority (Kegigihan/Industri vs Inferioritas)
Masa Sekolah (School
Age) ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan
dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari
apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan berbuat
terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena
keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia
menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini
dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
e.
Identity vs Identity Confusion (Identitas vs Kebingungan Peran)
Tahap kelima ini
merupakan tahap remaja, yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada
usia 18 atau 20 tahun. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan
identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung
pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk
membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya.
Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja
sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang
oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan
identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan
dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya
mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap
peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.
f.
Intimacy vs Isolation (Keintiman vs Isolasi)
Tahap pertama hingga
tahap kelima sudah dilalui, maka setiap individu akan memasuki jenjang
berikutnya yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30 tahun. Masa
Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy –
isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat
dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai
longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya
dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan
untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang
akrab atau renggang dengan yang lainnya.
g.
Generativity vs Stagnation (Semangat-berbagi vs Penyerapan-diri)
Masa dewasa (dewasa
tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang
berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya
kecenderungan generativity-stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada
tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya.
Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan
individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas,
tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan,
sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau
mencapai hal– hal tertentu ia mengalami hambatan.
h.
Ego Integrity vs Despair (Integritas Ego vs Rasa Putus Asa)
Tahap terakhir dalam
teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang
berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya
kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa ini individu telah memiliki
kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah
menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan
oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan
atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit
sekali kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus
asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan
karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan
acapkali menghantuinya.
B. SIGMUN FREUD
1. Kepribadian Menurut Sigmun Freud
Dalam
psikologi kepribadian Sigmund Freud berpendapat manusia sebagai sistem yang
kompleks memiliki energi untuk berbagai tujuan seperti bernafas, bergerak,
mengamati, dan mengingat. Kegiatan psikologik juga membutuhkan energi. Yang
disebutnya energi psikik (psychic energy) energi yang ditranform dari energi
fisik melalui id beserta insting-instingnya. Ini sesuai dengan kaidah fisika,
bahwa energi tidak dapat hilang tetapi dapat pindah dan berubah bentuk (Freud
dalam Alwisol, 2007: 21).
Disini kepribadian seseorang menurut
Freud tersusun dari 3 sistem poko yakni : id, ego, dan superego. Meskipun
masing-masing bagian dari kepribadian total ini mempunyai fungsi, sifat,
komponen, prinsip kerja, dinamisme, dan mekanismenya sendiri.
a.
Id
Id
adalah sistem kepribadian yang asli dibawa sejak lahir. Dan dari id akan muncul
ego dan super ego. Id berisi semua aspek psikologis yang diturunkan, seperti
insting, impuls dan drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah tak sadar (unconscious).
Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure prinsiple) yaitu
berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit.
b.
Ego
Ego
adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian yang memiliki dua tugas utama;
Pertama, memilih stimulasi mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang
akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan
bagaimana kebutuhan itu dipuaskan dengan tersedianya peluang yang resikonya
minimal. Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi
kebutuhan id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dan kebutuhan berkembang
mencapai kesempurnaan dari super ego, ego sebenarnya bekerja untuk memuaskan
id, karena itu ego yang tidak memiliki energi sendiri akan memperoleh energi
dari id.
c.
Super Ego
Super
ego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai
prinsip idealistik(idealistic principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan id
dan prinsip realistik dari ego. Super ego berkembang dari ego, dan seperti ego
dia tidak memiliki energi sendiri. Sama dengan ego, super ego beroperasi di
tiga daerah kesadaran. Namun berbeda dengan ego, dia tidak mempunyai kontak
dengan dunia luar (sama dengan id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang
diperjuangkan tidak realistis (id tidak realistis dalam memperjuangkan
kenikmatan)
2. Dinamika Kepribadian Menurut Sigmun
Freud
Dalam
hal psikologi kepribadian Freud membagi dinamika kepribadian menjadi
bagian-bagian yang saling berhubungan.
a.
Insting
(instinct)
Pemuasan
misalnya insting lapar berasal berasal dari kebutuhan tubuh yang kekurangan
nutrisi yang secara jiwani maujud dalam bentuk keinginan makan. Hasrat atau
motivasi atau dorongan dari insting secara kuantitatif adalah energi psikis dan
kumpulan energi dari kumpulan energi dari seluruh insting yang dimiliki seorang
merupakan energi yang tersedia untuk menggerakkan proses kepribadian
Freud
membagi insting menjadi dua jenis yaitu:
1) Insting
Hidup dan Insting Seks
Freud
mengajukan dua kategori umum, instng hidup (life instinct) dan insting mati
(death instinct) insting hidup disebut juga eros adalah dorongan yang menjamin
survival dan reproduksi, seperti lapar, haus, dan seks. Energi yang dipakai
oleh insting hidup disebut libido. Menurut insting seks bukan hanya berkenaan
dengan kenikmatan organ seksual tetapi berhubungan dengan kepuasan yang
diperoleh dari bagian tubuh lainnya yang dinamakan daerah erogen (erogenous
zone); suatu daerah atau baguan tubuh yang peka dan perangsangan pada daerah
itu akan menimbulkan kepuasan dan menghilangkan ketegangan.
2) Insting
Mati
Menurut
Freud tujuan semua kehidupan adalah kematian, dorongan agresif (aggressive
drive) adalah derivatif insting mati yang terpenting. Insting mati mendorong
seseorang untuk merusak dirinya sendiri dan dorongan agresif merupakan bentuk
penyaluran agar orang tidak membunuh dirinya sendiri (suicide)
b.
Distribusi
dan Pemakaian Energi pada Id, Ego dan Super Ego
Dinamika
kepribadian ditentukan cara energi psikis didistribusi dan dipakai oleh id,
ego, dan super ego. Jumlah energi psikis terbatas dan ketiga unsur struktur itu
bersaing untuk mendapatkannya, kalau salah satu unsur mejadi lebih kuat maka
dua yang lain menjadi lemah, kecuali ada energi baru yang dipindahkan atau
ditambah ke sistem itu (Freud dalam Alwisol, 2007: 24)
1) Id
Id
adalah sistem kepribadian yang asli dibawa sejak lahir. Dan dari id akan muncul
ego dan super ego. Id berisi semua aspek psikologis yang diturunkan, seperti
insting, impuls dan drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah tak sadar
(unconscious). Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure
prinsiple) yaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit.
2) Ego
Ego
adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian yang memiliki dua tugas utama;
Pertama, memilih stimulasi mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang
akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan
bagaimana kebutuhan itu dipuaskan dengan tersedianya peluang yang resikonya
minimal. Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi
kebutuhan id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dan kebutuhan berkembang
mencapai kesempurnaan dari super ego, ego sebenarnya bekerja untuk memuaskan
id, karena itu ego yang tidak memiliki energi sendiri akan memperoleh energi
dari id.
3) Super Ego
Super
ego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai
prinsip idealistik(idealistic principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan id
dan prinsip realistik dari ego. Super ego berkembang dari ego, dan seperti ego
dia tidak memiliki energi sendiri. Sama dengan ego, super ego beroperasi di
tiga daerah kesadaran. Namun berbeda dengan ego, dia tidak mempunyai kontak
dengan dunia luar (sama dengan id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang diperjuangkan
tidak realistis (id tidak realistis dalam memperjuangkan kenikmatan)
c.
Kecemasan
(anxiety)
Kecemasan
adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian. Kecemasan sebagai
dampak dari konflik yang menjadi bagian dari kehidupan yang tak terhindarkan,
dipandang sebagai dinamika kepribadian yang utama, kecemasan adalah fungsi ego
untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya
sehingga dapat disiapkan reaksi adaptasi yang sesuai. Kecemasan akan timbul
manakala orang tidak siap menghadapi ancaman. Freud dalam Alwisol, (2007: 27)
mengemukakan tiga jenis kecemasan: yaitu realitic anxiety, neurotic anxiety,
dan moral anxiety.
Kecemasan
realistik adalah takut kepada bahaya yang nyata ada di dunia luar. Kecemasan
realistik ini akanmenjadi asal muasal timbulnya kecemasan neurotik dan
kecemasan moral. Kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap hukuman yang
bakal diterima jadi masih bersifat khayalan, sedangkan kecemasan moral timbul
ketika orang standar nilai dari norma yang ada. Kecemasan moral dan kecemasan
neurik tampak mirip, tetapi memiliki perbedaan prinsip yakni; tingkat kontrol
ego, pada kecemasan moral orang tetap rasional dalam memikirkan masalah berkat
energi super ego, sedangkan pada kecemasan neurotik orang dalam keadaan
distres, terkadang panik sehingga mereka tidak dapat berfikir jelas dengan
energi id menghambat penderita kecemasan neurotik membedakan antara khayalan
dengan realita.
d.
Pertahanan
(defense)
Fungsi
utama psikodinamik kecemasan adalah membantu individu menolak impuls yang
dikehendaki masuk kesadaran, dan memberi kepuasan kepada impuls itu secara
tidak langsung. Bagi Freud, mekanisme pertahanan adalah strategi yang dipakai
individu untuk bertahan melawan ekspresi impuls id serta menentang tekanan
super ego. Freud membagi defense menjadi beberapa mekanisme, namun menurut
freud, jarang ada orang yang memakai hanya satu mekanisme pertahanan untuk
melindungi diri dari kecemasan, umumnya orang memakai beberapa mekanisme
pertahanan. Adapun mekanisme tersebut adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi (identification)
1) Identifikasi (identification)
Identifikasi adalah cara mereduksi
tegangan dengan meniru (mengimitasi) atau mengidentifikasikan diri dengan orang
yang dianggap lebih berhasil memuaskan hasratnya dibanding dirinya.
2)
Pemindahan/Reaksi promi(Displacement/Reactions Compromise)
Pemindahan adalah manakala objek
kataksis asli yang dipilih oleh insting tidak dapat dicapai karena tekanan dari
luar (sosial, alami) atau dari dalam (antikateksis), insting itu direpres
kembali ketidaksadaran atau ego menawarkan kateksis baru, yang berarti
pemindahan energi dari objek satu keobjek yang lain sampai ditemukan yang dapat
meredupsi tegangan.
3) Represi (Repression)
3) Represi (Repression)
Represi adalah proses ego memakai
kekuatan anticathaxes untuk menekan segala sesuatu (ide, insting, ingatan,
fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran.
4) Fiksasi dan Regresi (Fixation and Regression)
4) Fiksasi dan Regresi (Fixation and Regression)
Fiksasi adalah terhentinya
perkembangan moral pada tahap perkembangan tertentu karena perkembangan
lanjutan sangat sukar sehingga menimbulkan frustasi dan kecemasan yangterlalu
kuat, sedangkan regresi adalah mundur ketahap perkembangan yang dahulu di mana
dia merasa puas di sana.
5)
Pembentukan reaksi (Reaction Formation)
Pembentukan adalah tindakan defensif
dengan cara mengganti impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan
impuls atau perasaan lawan/kebalikannya dalam kesadaran.
6)
Pembalikan (Revarsal)
Pembalikan adalah mengubah status
ego dari aktif menjadi pasif, mengubah keingginan perasaan dari impuls yang
menimbulkan kecemasan menjadi ke arah diri sendiri.
7)
Projection (Projection)
Projection adalah mekanisme mengubah
kecemasan neurotik/moral menjadai kecemasan realistik dengan cara melemparkan
impuls-impuls internal yang mengancam dipindahkan ke objek di luar, sehingga
seolah-olah ancaman itu diprojeksi dari objek eksternal diri orang itu sendiri.
8) Reaksi Agresi (Agressive Reaction)
8) Reaksi Agresi (Agressive Reaction)
Reaksi adalah dimana ego
memanfaatkan drive agesif untuk menyerang objek yang menimbulkan frustasi.
9)
Intelektualisasi (Intelektualization)
Intelektualisasi adalah di mana ego
menggunakan logika rasional untuk menerima ketaksis objek sebagai realitas yang
cocok dengan impuls asli.
10) Penolakan (Escaping-Avoiding)
10) Penolakan (Escaping-Avoiding)
Penolakan adalah melarikan diri atau
menghindar atau menolak stimulus eksternal secara fisik agar emosi yang tidak
menyenangkan tidak timbul.
11) Pengingkaran (negation)
11) Pengingkaran (negation)
Pengingkaran adalah impuls-impuls
yang direspon diekspresikan alam bentuk yang negatif, semacan deniel terhadap
impuls/drive, impuls-id yang menimbulkan ancaman oleh ego diingkari dengan
memikirkan hal itu tidak ada.
12)
Penahanan diri (ego restraction)
Penahanan adalah suatu keadaan yang
menolak usaha berprestasi, dengan menganggap situasi yang melibatkan usaha itu
tidak ada, karena cemas kalau-kalau hasilnya buruk atau negatif.
3. Perkembangan Kepribadian Menurut
Sigmun Freud
Freud mungkin
merupakan psikolog pertama yang menekankan aspek perkembangan kepribadian dan
terutama menekankan peranan menentukan darib tahun-tahun awal masa bayi dan
kanak kanak dalam meletakkan struktur watak dasar sang pribadi.
Tahap-tahap perkembangan Kepribadian menurut Freud ,
yang pertama tahap oral dimana sumber kenikmatan pokok yang berasal dari mulut
dalah makan. Makan meliputi stimulasi sentuhan terhadap bibir dan rongga mulut,
serta menelan atau jika makanan tidak menyenangkan maka akan di muntahkan
keluar. Selanjutnya karena tahap oral ini berlangsung pada saat bayi sama
sekali tergantung pada ibunya untuk mendapatkan makanan.
Kedua tahap anal dimana setelah makanan dicerna maka
sisa makanan akan menumpuk di ujung bawah dari usus dan secara refleks akan
dilepaskan keluar apabila tekanan pada otot lingkar dubur mencapai taraf
tertentu. Ketika kebiasaan akan kebersihan dimulai, biasanya selama umur dua
tahun anak mendapatkan pengalaman pertama yang menentukan tentang pengaturan
atas suatu impuls instingtual oleh oihak luar.
Ketiga tahap phalik selama tahap perkembangan
kepribadian ini yang menjadi pusat dinamika adalah perasaan-perasaan seksual
dan agresif berkaitan dengan mulai berfungsinya organ-organ genital. Kenikmatan
masturbasi serta kehidupan fantasi anak yang menyertai aktivitas auto-erotik
membuka jalan bagi timbulnya kompleks oedipus. Disini ada suatu riwayat dan
akhir kompleks oedipus berbeda untuk anak laki-laki dan perempuan. Mula-mula
keduanya mencintai ibu karna ibu memenuhi kebutuhan mereka dan membenci ayahnya
karna ayahnya dipandang sebagai saingan dalam merebut kasih sayang ibu.
Perasaan ini menetap pada diri anak laki-laki, tetapi berubah pada anak
perempuan.
Keempat tahap genital. Kateksis-kateksis dari
masa-masa pragenital bersifat narsistik. Hal ini berarti bahwa individu
mendapatkan kepuasan dari stimulasi dan manipulasi tubuhnya sendiri sedangkan
orang lain dikateksis hanya karna membantu memberikan bentuk-bentuk tambahan
kenikmatan tubuh bagi anak.
BAB
III
KESIMPULAN
Kepribadian
merupakan suatu ciri khas yang setiap manusia miliki, dan kepribadian manusia
satu dengan menusia lainnya akan memiliki suatu perbedaan karena setiap orang
hidup di lingkungan yang berbeda pula dengan demikian pengaruh yang di dapatkan
oleh setiap orang akan berbeda pula.
Kepribadian
juga meerupakan suatu hal yang akan terus mengalami perubahan dari waktu ke
waktu seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Dan perubahan tersebut akan
secara otomatis mempengaruhi perilaku yang akan ditunjukan oleh seseorang
kepada lingkunganya.
DAFTAR
PUSTAKA
Lawrence, A Pervin.
Cervon, daniel dan oliver P John. Psikologi
Kepribadian: Teori dan Penelitian, Edisi ke 9
Calvin S. hall &
Gardner Lindzey. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta :
Kanisius.
Sarwono. Sarlito. 2010.
Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : Rajawali Pers
http://www.majalahpendidikan.com/2011/10/teori-kepribadian-sigmund-freud.html
http://kongkoh.blogspot.com/2010/01/teori-perkembangan-psikososial-erik.html/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar