Senin, 04 November 2013

TEORI KEPRIBADIAN JOHN DEWEY DANSIGMUN FREUD



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang penuh misteri. Banyak hal-hal yang belum terungkap sepenuhnya dalam diri manusia. upaya-upaya untuk memahami pribadi manusia ini telah dilakukan oleh para ahli sejak lama bahkan hingga saat ini. Hal ini dibuktikan dengan buku-buku kontemporer yang membahasa tentang kepribadian manusia yang terus dicetak dan diperbaharui dari tahun ketahun.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh para ahli untuk memahami kepribadian manusia adalah dengan disusunnya teori-teori kepribadian. Menurut  Farozin dan Fathiyah (2004:3) kata kepribadian berasal dari kata personality (inggris) yang berasal dari kata persona (latin) yang berarti topeng. Topeng adalah instrumen yang digunakan oleh para pemain peran, digunakan untuk menutupi muka, saat tampil di atas panggung. Istilah topeng ini digunakan untuk menggambarkan watak, atau perilaku seseorang yang terkadang menampilkan ekspresi berbeda antara perasaan dan wajahnya.
Untuk menjelaskan fenomena-fenomena tersebut maka lahirlah teori-teori kepribadian yang diharapkan dapat member kemudahan kepada kita untuk mendapatkan pemahaman tentang manusia. Menurut Hall dan Lindzey (Farozin dan Fathiyah, 2004:5) sebuah teori kepribadian diharapkan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan sekitar apa, bagaimana, dan mengapa tentang tingkah laku manusia.
Sejak zaman dahulu hingga saat ini telah banyak teori kepribadian yang telah diajarkan oleh para ahli-ahli psikologi. Diantaranya adalah teori kepribadian Erik Erikson dan Sigmun Freud. Makalah ini akan membahas tentang teori kepribadian Erik Erikson dan Sigmun Freud untuk memahami Konsep dasar teori kepribadian, struktur kepribadian, proses perkembangan kepribadian, dan implikasi teori kepribadian terhadap konseling.
B.       Rumusan Masalah
1.      Kepribadian Menurut Erik Erikson
2.      Dinamika Kepribadian Menurut Erik Erikson
3.      Perkembangan Kepribadian Menurut Erik Erikson
4.      Kepribadian Menurut Sigmun Freud
5.      Dinamika Kepribadian Menurut Sigmun Freud
6.      Perkembangan Kepribadian Menurut Sigmun Freud




















BAB II
PEMBAHASAN

A.      ERIK ERIKSON
1.      Teori Kepribadian Menurut Erik Erikson
Konsep dasar kepribadian manusia menurut Erik Erikson tidak hanya dipengaruhi oleh keinginan/dorongan dari dalam diri individu, tapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, seperti adat, budaya, dan lingkungan tempat dimana kepribadian individu berkembang dengan menghadapi serangkaian tahapan-tahapan sejak manusia lahir (bayi) hingga memasuki usila lanjut usia (masa dewasa akhir).

2.      Dinamika Kepribadian Menurut Erik Erikson
Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil  interaksi  antara  kebutuhan  dasar  biologis  dan  pengungkapannya  sebagai tindakan-tindakan sosial. Hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme. Sehingga seseorang tersebut menjadi matang secara fisik dan psikologi.
Kemampuan bawaan penting dalam perkembangan kepribadian namun, ego muncul karena dibentuk oleh masyarakat. Bagi Erickson , pada waktu manusia lahir, ego hadir hanya sebagai  potensi namun, untuk menjadi aktual dia harus hadir dalam lingkungan kultural.
Masyarakat yang berbeda, dengan perbedaan kebiasaan cara mengasuh anak, cenderung membentuk kepribadian yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai budayanya Erikson menganggap ego sebagai sumber kesadarn diri seseorang. Selama menyesuaikan diri dengan realita, maka ego mengembangkan perasaan keberkelanjutan diri dengan masa lalu dan masa yang akan datang.
Menurut Erikson, ego berkembang melalui berbagai tahap kehidupan mengikuti prinsip epigenetik, artinya tiap bagian dari ego berkembang pada tahap perkembangan tertentu dalam rentangan waktu tertentu. Tahap perkembangan yang satu terbentuk dan dikembangkan di atas perkembangan sebelumnya (tetapi tidak mengganti perkembangan tahap sebelumnya itu).

3.      Perkembangan Kepribadian Menurut Erik Erikson
Delapan fase perkembangan kepribadian menurut Erikson memiliki ciri utama setiap tahapnya yaitu di satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial, dan setiap tahap mempuyai masa optimal atau masa kritis yang harus dikembangkan dan diselesaikan. Adapun tingkatan dalam delapan tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia menurut Erikson adalah sebagai berikut :

Developmental Stage
Basic Components
Fase Bayi ( 0-1 tahun )
Fase anak-anak ( 2-3 tahun )
Fase Pra sekolah(4-6 tahun)
Usia Sekolah ( 6 -11 tahun )
Remaja ( 12 – 20 tahun )
Dewasa Awal (21-40 tahun)
Dewasa ( 41-65 tahun )
Usia tua ( >65 tahun )
Kepercayaan vs Kecurigaan
Otonomi vs Perasaan malu, ragu-ragu
Inisiatif vs Kesalahan
Kerajinan vs Inferioritas
Identitas vs Kekacauan Identitas
Keintiman vs Isolasi
Generativity vs Stagnasi: Perhatian
Integritas vs Keputusasaan

a.      Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)
Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.
b.      Autonomy vs Shame, Doubt (Otonomi vs Rasa Malu, Ragu-ragu)
Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya kecenderungan autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
c.       Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah)
Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
d.      Industry vs Inferiority (Kegigihan/Industri vs Inferioritas)
Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
e.       Identity vs Identity Confusion (Identitas vs Kebingungan Peran)
Tahap kelima ini merupakan tahap remaja, yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.
f.       Intimacy vs Isolation (Keintiman vs Isolasi)
Tahap pertama hingga tahap kelima sudah dilalui, maka setiap individu akan memasuki jenjang berikutnya yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30 tahun. Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.
g.      Generativity vs Stagnation (Semangat-berbagi vs Penyerapan-diri)
Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity-stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal– hal tertentu ia mengalami hambatan.
h.      Ego Integrity vs Despair (Integritas Ego vs Rasa Putus Asa)
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya.

B.     SIGMUN FREUD
1.      Kepribadian Menurut Sigmun Freud
Dalam psikologi kepribadian Sigmund Freud berpendapat manusia sebagai sistem yang kompleks memiliki energi untuk berbagai tujuan seperti bernafas, bergerak, mengamati, dan mengingat. Kegiatan psikologik juga membutuhkan energi. Yang disebutnya energi psikik (psychic energy) energi yang ditranform dari energi fisik melalui id beserta insting-instingnya. Ini sesuai dengan kaidah fisika, bahwa energi tidak dapat hilang tetapi dapat pindah dan berubah bentuk (Freud dalam Alwisol, 2007: 21).
Disini kepribadian seseorang menurut Freud tersusun dari 3 sistem poko yakni : id, ego, dan superego. Meskipun masing-masing bagian dari kepribadian total ini mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamisme, dan mekanismenya sendiri.
a.      Id
Id adalah sistem kepribadian yang asli dibawa sejak lahir. Dan dari id akan muncul ego dan super ego. Id berisi semua aspek psikologis yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah tak sadar (unconscious). Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure prinsiple) yaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit.
b.      Ego
Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian yang memiliki dua tugas utama; Pertama, memilih stimulasi mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal. Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dan kebutuhan berkembang mencapai kesempurnaan dari super ego, ego sebenarnya bekerja untuk memuaskan id, karena itu ego yang tidak memiliki energi sendiri akan memperoleh energi dari id.
c.       Super Ego
Super ego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idealistik(idealistic principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan prinsip realistik dari ego. Super ego berkembang dari ego, dan seperti ego dia tidak memiliki energi sendiri. Sama dengan ego, super ego beroperasi di tiga daerah kesadaran. Namun berbeda dengan ego, dia tidak mempunyai kontak dengan dunia luar (sama dengan id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang diperjuangkan tidak realistis (id tidak realistis dalam memperjuangkan kenikmatan)

2.      Dinamika Kepribadian Menurut Sigmun Freud
Dalam hal psikologi kepribadian Freud membagi dinamika kepribadian menjadi bagian-bagian yang saling berhubungan.
a.         Insting (instinct)
Pemuasan misalnya insting lapar berasal berasal dari kebutuhan tubuh yang kekurangan nutrisi yang secara jiwani maujud dalam bentuk keinginan makan. Hasrat atau motivasi atau dorongan dari insting secara kuantitatif adalah energi psikis dan kumpulan energi dari kumpulan energi dari seluruh insting yang dimiliki seorang merupakan energi yang tersedia untuk menggerakkan proses kepribadian
Freud membagi insting menjadi dua jenis yaitu:
1) Insting Hidup dan Insting Seks
Freud mengajukan dua kategori umum, instng hidup (life instinct) dan insting mati (death instinct) insting hidup disebut juga eros adalah dorongan yang menjamin survival dan reproduksi, seperti lapar, haus, dan seks. Energi yang dipakai oleh insting hidup disebut libido. Menurut insting seks bukan hanya berkenaan dengan kenikmatan organ seksual tetapi berhubungan dengan kepuasan yang diperoleh dari bagian tubuh lainnya yang dinamakan daerah erogen (erogenous zone); suatu daerah atau baguan tubuh yang peka dan perangsangan pada daerah itu akan menimbulkan kepuasan dan menghilangkan ketegangan.
2) Insting Mati
Menurut Freud tujuan semua kehidupan adalah kematian, dorongan agresif (aggressive drive) adalah derivatif insting mati yang terpenting. Insting mati mendorong seseorang untuk merusak dirinya sendiri dan dorongan agresif merupakan bentuk penyaluran agar orang tidak membunuh dirinya sendiri (suicide)

b.        Distribusi dan Pemakaian Energi pada Id, Ego dan Super Ego
Dinamika kepribadian ditentukan cara energi psikis didistribusi dan dipakai oleh id, ego, dan super ego. Jumlah energi psikis terbatas dan ketiga unsur struktur itu bersaing untuk mendapatkannya, kalau salah satu unsur mejadi lebih kuat maka dua yang lain menjadi lemah, kecuali ada energi baru yang dipindahkan atau ditambah ke sistem itu (Freud dalam Alwisol, 2007: 24)
1) Id
Id adalah sistem kepribadian yang asli dibawa sejak lahir. Dan dari id akan muncul ego dan super ego. Id berisi semua aspek psikologis yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah tak sadar (unconscious). Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure prinsiple) yaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit.
2) Ego
Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian yang memiliki dua tugas utama; Pertama, memilih stimulasi mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal. Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dan kebutuhan berkembang mencapai kesempurnaan dari super ego, ego sebenarnya bekerja untuk memuaskan id, karena itu ego yang tidak memiliki energi sendiri akan memperoleh energi dari id.
3) Super Ego
Super ego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idealistik(idealistic principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan prinsip realistik dari ego. Super ego berkembang dari ego, dan seperti ego dia tidak memiliki energi sendiri. Sama dengan ego, super ego beroperasi di tiga daerah kesadaran. Namun berbeda dengan ego, dia tidak mempunyai kontak dengan dunia luar (sama dengan id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang diperjuangkan tidak realistis (id tidak realistis dalam memperjuangkan kenikmatan)

c.         Kecemasan (anxiety)
Kecemasan adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian. Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian dari kehidupan yang tak terhindarkan, dipandang sebagai dinamika kepribadian yang utama, kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptasi yang sesuai. Kecemasan akan timbul manakala orang tidak siap menghadapi ancaman. Freud dalam Alwisol, (2007: 27) mengemukakan tiga jenis kecemasan: yaitu realitic anxiety, neurotic anxiety, dan moral anxiety.
Kecemasan realistik adalah takut kepada bahaya yang nyata ada di dunia luar. Kecemasan realistik ini akanmenjadi asal muasal timbulnya kecemasan neurotik dan kecemasan moral. Kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima jadi masih bersifat khayalan, sedangkan kecemasan moral timbul ketika orang standar nilai dari norma yang ada. Kecemasan moral dan kecemasan neurik tampak mirip, tetapi memiliki perbedaan prinsip yakni; tingkat kontrol ego, pada kecemasan moral orang tetap rasional dalam memikirkan masalah berkat energi super ego, sedangkan pada kecemasan neurotik orang dalam keadaan distres, terkadang panik sehingga mereka tidak dapat berfikir jelas dengan energi id menghambat penderita kecemasan neurotik membedakan antara khayalan dengan realita.

d.        Pertahanan (defense)
Fungsi utama psikodinamik kecemasan adalah membantu individu menolak impuls yang dikehendaki masuk kesadaran, dan memberi kepuasan kepada impuls itu secara tidak langsung. Bagi Freud, mekanisme pertahanan adalah strategi yang dipakai individu untuk bertahan melawan ekspresi impuls id serta menentang tekanan super ego. Freud membagi defense menjadi beberapa mekanisme, namun menurut freud, jarang ada orang yang memakai hanya satu mekanisme pertahanan untuk melindungi diri dari kecemasan, umumnya orang memakai beberapa mekanisme pertahanan. Adapun mekanisme tersebut adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi (identification)
Identifikasi adalah cara mereduksi tegangan dengan meniru (mengimitasi) atau mengidentifikasikan diri dengan orang yang dianggap lebih berhasil memuaskan hasratnya dibanding dirinya.
2) Pemindahan/Reaksi promi(Displacement/Reactions Compromise)
Pemindahan adalah manakala objek kataksis asli yang dipilih oleh insting tidak dapat dicapai karena tekanan dari luar (sosial, alami) atau dari dalam (antikateksis), insting itu direpres kembali ketidaksadaran atau ego menawarkan kateksis baru, yang berarti pemindahan energi dari objek satu keobjek yang lain sampai ditemukan yang dapat meredupsi tegangan.
3) Represi (Repression)
Represi adalah proses ego memakai kekuatan anticathaxes untuk menekan segala sesuatu (ide, insting, ingatan, fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran.
4) Fiksasi dan Regresi (Fixation and Regression)
Fiksasi adalah terhentinya perkembangan moral pada tahap perkembangan tertentu karena perkembangan lanjutan sangat sukar sehingga menimbulkan frustasi dan kecemasan yangterlalu kuat, sedangkan regresi adalah mundur ketahap perkembangan yang dahulu di mana dia merasa puas di sana.
5) Pembentukan reaksi (Reaction Formation)
Pembentukan adalah tindakan defensif dengan cara mengganti impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan impuls atau perasaan lawan/kebalikannya dalam kesadaran.
6) Pembalikan (Revarsal)
Pembalikan adalah mengubah status ego dari aktif menjadi pasif, mengubah keingginan perasaan dari impuls yang menimbulkan kecemasan menjadi ke arah diri sendiri.
7) Projection (Projection)
Projection adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotik/moral menjadai kecemasan realistik dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang mengancam dipindahkan ke objek di luar, sehingga seolah-olah ancaman itu diprojeksi dari objek eksternal diri orang itu sendiri.
8) Reaksi Agresi (Agressive Reaction)
Reaksi adalah dimana ego memanfaatkan drive agesif untuk menyerang objek yang menimbulkan frustasi.
9) Intelektualisasi (Intelektualization)
Intelektualisasi adalah di mana ego menggunakan logika rasional untuk menerima ketaksis objek sebagai realitas yang cocok dengan impuls asli.
10) Penolakan (Escaping-Avoiding)
Penolakan adalah melarikan diri atau menghindar atau menolak stimulus eksternal secara fisik agar emosi yang tidak menyenangkan tidak timbul.
11) Pengingkaran (negation)
Pengingkaran adalah impuls-impuls yang direspon diekspresikan alam bentuk yang negatif, semacan deniel terhadap impuls/drive, impuls-id yang menimbulkan ancaman oleh ego diingkari dengan memikirkan hal itu tidak ada.
12) Penahanan diri (ego restraction)
Penahanan adalah suatu keadaan yang menolak usaha berprestasi, dengan menganggap situasi yang melibatkan usaha itu tidak ada, karena cemas kalau-kalau hasilnya buruk atau negatif.



3.      Perkembangan Kepribadian Menurut Sigmun Freud
Freud mungkin merupakan psikolog pertama yang menekankan aspek perkembangan kepribadian dan terutama menekankan peranan menentukan darib tahun-tahun awal masa bayi dan kanak kanak dalam meletakkan struktur watak dasar sang pribadi.
Tahap-tahap perkembangan Kepribadian menurut Freud , yang pertama tahap oral dimana sumber kenikmatan pokok yang berasal dari mulut dalah makan. Makan meliputi stimulasi sentuhan terhadap bibir dan rongga mulut, serta menelan atau jika makanan tidak menyenangkan maka akan di muntahkan keluar. Selanjutnya karena tahap oral ini berlangsung pada saat bayi sama sekali tergantung pada ibunya untuk mendapatkan makanan.
Kedua tahap anal dimana setelah makanan dicerna maka sisa makanan akan menumpuk di ujung bawah dari usus dan secara refleks akan dilepaskan keluar apabila tekanan pada otot lingkar dubur mencapai taraf tertentu. Ketika kebiasaan akan kebersihan dimulai, biasanya selama umur dua tahun anak mendapatkan pengalaman pertama yang menentukan tentang pengaturan atas suatu impuls instingtual oleh oihak luar.
Ketiga tahap phalik selama tahap perkembangan kepribadian ini yang menjadi pusat dinamika adalah perasaan-perasaan seksual dan agresif berkaitan dengan mulai berfungsinya organ-organ genital. Kenikmatan masturbasi serta kehidupan fantasi anak yang menyertai aktivitas auto-erotik membuka jalan bagi timbulnya kompleks oedipus. Disini ada suatu riwayat dan akhir kompleks oedipus berbeda untuk anak laki-laki dan perempuan. Mula-mula keduanya mencintai ibu karna ibu memenuhi kebutuhan mereka dan membenci ayahnya karna ayahnya dipandang sebagai saingan dalam merebut kasih sayang ibu. Perasaan ini menetap pada diri anak laki-laki, tetapi berubah pada anak perempuan.
Keempat tahap genital. Kateksis-kateksis dari masa-masa pragenital bersifat narsistik. Hal ini berarti bahwa individu mendapatkan kepuasan dari stimulasi dan manipulasi tubuhnya sendiri sedangkan orang lain dikateksis hanya karna membantu memberikan bentuk-bentuk tambahan kenikmatan tubuh bagi anak.


























BAB III
KESIMPULAN

            Kepribadian merupakan suatu ciri khas yang setiap manusia miliki, dan kepribadian manusia satu dengan menusia lainnya akan memiliki suatu perbedaan karena setiap orang hidup di lingkungan yang berbeda pula dengan demikian pengaruh yang di dapatkan oleh setiap orang akan berbeda pula.
            Kepribadian juga meerupakan suatu hal yang akan terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Dan perubahan tersebut akan secara otomatis mempengaruhi perilaku yang akan ditunjukan oleh seseorang kepada lingkunganya.




















DAFTAR PUSTAKA

Lawrence, A Pervin. Cervon, daniel dan oliver P John. Psikologi Kepribadian: Teori dan Penelitian, Edisi ke 9

Calvin S. hall & Gardner Lindzey. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta : Kanisius.

Sarwono. Sarlito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : Rajawali Pers     

http://www.majalahpendidikan.com/2011/10/teori-kepribadian-sigmund-freud.html 

http://kongkoh.blogspot.com/2010/01/teori-perkembangan-psikososial-erik.html/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar