Sabtu, 21 Februari 2015

Pengertian dan Macam-macam Kelompok

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ketika satu individu bergabung dengan individu lainnya, maka dapat dikatakan penggabungan tersebut adalah kelompok. Karena pengertian kelompok itu sendiri merupakan suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mengoordinasi kerja mereka untuk tujuan tertentu. Definisi ini memiliki tiga komponen. Pertama, dibutuhkan dua orang atau lebih. Kedua, orang – orang dalam sebuah tim memiliki interaksi regular. Ketiga, orang – orang dalam sebuah tim memiliki tujuan kinerja yang sama.
Dalam suatu kelompok yang terdiri dari lebih dari satu orang maka akan banyak sekali dinamika didalamnya, karena setiap orang akan memiliki pemikiran dan pandangan berbeda-beda dalam menentukan tujuan di dalam kelompoknya. Oleh karena itu, makalah ini akan menjelaskan mengenai konsep dasar kelompok, agar dapat lebih memahami perbedaan-perbedaan yang terdapat di dalam setiap kelompok yang terbentuk terutama dalam bimnbingan dan konseling kelompok.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi dari kelompok?
2.      Apa saja macam-macam kelompok?
3.      Apa saja karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing kelompok?
4.      Apa yang dimaksud dengan interaksi kelompok?
5.      Apa pengaruh semangat dan produktivitas dalam kelompok?

6.       
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Kelompok
Ada banyak sekali pengertian kelompok yang walaupun pada dasarnya secara arti setiap pengertian yang dikemukakan adalah sama. Berikut ini adalah beberapa pengertian tentang kelompok:
1.      Kelompok adalah kesatuan dua atau lebih individu, yang saling berinteraksi, yang memungkinkan terjadinya interstimulasi dan respon untuk mencapai tujuan bersama.
2.      Kelompok dalam rangka bimbingan kelompok adalah bukan satu himpunan individu-individu yang karena satu atau lain alas an tergabung bersama, melainkan satuan unit orang yang mempunyai tujuan yang ingin dicapai bersama, berinteraksi dan berkomunikasi secara intensif satu sama lain ketika berkumpul, saling tergantung dalam proses kerjasama, dan mendapat kepuasan pribadi dari interaksi psikologis dengan seluruh anggota yang tergabung dalam satuan itu.

B.       Macam-macam Kelompok
Di dalam psikologi sosial dikenal beberapa macam kelompok. Pembagian kelompok-kelompok ini sesuai dengan dasar pengelompokannya. Menurut tujuan dari beberapa kelompok maka kelopok dapat dibedakan menjadi tujuh jenis kelompok yaitu:
1.    Kelompok Primer Dan Kelompok Sekunder
Kelompok Primer merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan. Menurut Goerge Homans kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang sering berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara. Misalnya: keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain.
Di sisi lain, kelompok sekunder adalah kelompok-kelompok besar yang terdiri atas banyak orang, antara dengan siapa hubungannya tida perlu berdasarkan pengenalan secara pribadi dan sifatnya juga tidak begitu langgeng. Dalam kelompok sekunder, hubungan sosial bersifat formal, impersonal dan segmental (terpisah), serta didasarkan pada manfaat (utilitarian). Seseorang tidak berhubungan dengan orang lain sebagai suatu pribadi, tetapi sebagai seseorang yang berfungsi dalam menjalankan suatu peran. Kualitas pribadi tidak begitu penting, tetapi cara kerjanya.

2.    Psyche-Group dan Socio Group
Psyche-Group adalah kelompok yang memiliki dasar hubungan pribadi yang cukup mendalam. Hubungan di antara anggota-anggota kelompok sangat bersifat pribadi. Anggota dari Psyche-Group biasanya tidak besar, mungkin hanya dua, tiga, atau empat orang saja. Juga kelompok ini bersifat tidak formal. Tidak jarang Psyche-Group terbentuk karena persamaan nasib atau persamaan penderitaan.
 Sedangkan Socio-Group adalah adalah kelompok yang memiliki dasar hubungan yang kurang bersifat pribadi, kelompok ini dibentuk dengan tujuan-tujuan yang lebih umum. Socio-Group mempunyai tujuan yang lebih bersifat social, lebih bersifat umum dan terbentuk sacara formal.
3.      Kelompok Permanen dan Kelompok Temporer
Kelompok permanen adalah kelompok yang masa ikatannya berlangsung lama, sedangkan kelompok temporer adalah kelompok yang masa ikatannya berlangsung dalam suatu periode yang singkat. Yang menentukan permanen tidaknya suatu kelompok adalah tujuannya, kalau tujuannya cukup sederhana karena lahir dari suatu kebutuhan yang sederhana juga, tujuan tersebut dapat dicapai dengan satu kegiatan saja, maka kelompok itu berkhir setelah tujuan tersebut tercapai. Contoh kelompok temporer antara lain pentas seni dalam rangka memperingati HUT kemerdekaan Republik Indonesia, hanya akan dilakukan sekitar minggu ketiga sampai ke empat bulan agustus setelah bulan agustus berahir maka pentas seni berahir.
Kelompok permanen memiliki tujuan yang lebih jauh,lebih luas membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mencapainya dengan melalui banyak kegiatan. Misalnya untuk mencapai suatu jenjang pendidikan (SLTP/MTs/SMU/SMK/MA) diperlukan kegiatan kurikuler, kokurikuler dan berbagai komponen lain yang semuanya diprioritaskan untuk mencapai hasil prestasi belajar yang optimal.
4.      Kelompok Formal Dan Kelompok Informal
Kelompok formal biasanya dibentuk berdasarkan tujuan dan aturan tertentu yang bersifat resmi ( dan tertulis ). Gerak dan kegiatan kelompok formal pun diatur dan tidak boleh menyimpang dari ketentuan itu. Aturan ini biasanya tertulis dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Keberadaan kelompok informal tidak didasarkan atas hal-hal yang bersifat resmi seperti diatas, melainkan berdasarkan pada kemauan, kebebasan, dan selera orang-orang yang terlibat didalamnya.

5.      Kelompok Terorganisasi dan Tidak Terorganisasi
Kelompok yang terorganisasikan adalah suatu kelompok dimana terdapat pembagian peranan dan tugas yang jelas dan tegas. Setiap anggota kelompok mengetahui apa tugasnya dan apa tugas orang lain, bagaimana kerjasama antara seorang anggota dengan anggota yang lain, peranan dan tugas tersebut berjalan sebagaiamana yang telah ditentukan. Kelompok ini juga ditandai oleh fungsi kepemimpinan yang tegas, yang mengatur memberi kemudahan dan mengawasi dijalankannya peranan masing-masing anggota, bukan hanya kehadiran pemimpin sebagai figur. Karena itu kelompok biasanya kaku, kurang fleksibel, sebab segala pola interaksi telah ditentukan dalam peraturan. Pembagian tugas dan wewenang dapat membangkitkan gairah dalam berpartisipasi, dapat mengembangkan perasaan bersatu (senc of belonging).
Dalam kelompok yang terorganisasikan dapat muncul hal-hal yang bersifat resmi atau formal maupun tidak resmi atu informal. Pembagian tugas dan peranan yang dilakukan oleh para anggota dan saling hubungan antar anggota yang didasarkan atas tugas dan peranan itu bersifat formal namun diantara hal-hal yang bersifat formal itu dapat muncul kegiatan ataupun suasana yang informal, misalnya hubungan antar pribadi yang akrab antar anggota melalui arisan, kegiatan olah raga, dan sebagainya.
Pada kelompok tidak terorganisasikan para anggotanya bertindak lebih bebas tidak saling terikat pada anggota lain. Disini individualitas memperoleh tempat yang minim. Karena setiap anggota harus berbuat sesuai dengan kesepakatan (persetujuan, peraturan) yang telah disetujui bersama.
6.      Membersip Group dan Reference Group.
Suatu kelompok disebut sebagai membersip gruop jika individu pada saat ini menjadi anggota kelompok yang aktif. Sedang reference group adalah kelompok dimana individu memperlihatkan identitasnya, yang digunakan sebagai petunjuk untuk mencapai suatu maksud.
Reference group biasanya pada saat yang lalu merupakan membersip grup seseorang, meskipun sekarang ia tidak menjadi anggota lagi tetapi ada ikatan batin dengan kelmpok itu walaupun secara tidak sadar. Tidak setiap bekas kelompok merupakan referewnce grup seseorang, hal ini sangat tergantung kepada sence of belongingnessnya pada saat ia menjadi anggota aktif.
Seorang konselor (Guru Pembimbing) lulusan program bidan studi FKIP UMK, is menjadi anggota aktif MGPP disuatu wilayah kabupaten. Guru tersebut saat ini merupakan anggota dari membersip group sedang kegiatannya saat ia kuliah, teman – temannya di UMK merupakan reference group. Mungkin ia sudah lupa dengan teman – teman seangkatannya, dosen – dosennya di UMK. Tetapi bila ia mendengar gurauan yang cenderung meledak UMK maka ia akan membela dan menegakkan nama baik almamaternya semampu yang ia dapat lakukan.
Seseorang dapat menjadi anggota membership goup sekaligus dan dapat pula memperlihatkan beberapa reference group. Misalnya seorang guru pembimbing menjada guru anggota PGRI, ABKIN,MGp.IGPI,dan ISKIN sekaligus, dan ia dapat pula menunjukan bahwa ia adalah anggota reference group: anggota BEM FKIP anggota HMJPLS, anggota MENWA, anggota MAPALA, anggota KSR PMI dan sebagainya. 
7.      Kelomok Homogen dan Hetrogen.
Kelompok homogeny adalah suatu kelompok yang anggota – anggotanya terdiri atas orang – orang yang memiliki cirri, kemampuan atau status yang sama, misalnya kelompok mahasiswa, kelompok ibi – ibu PKK, kelompok karang taruna, kelompok remaja masjid, kelompok pelajar, kelompok pedagang, kelompok pensiunan, kelompok pemuda dan sebagainya.
Kelompok heterogen adalah kelompok yang anggota – anggotanya terdiri atas individu yang terdiri atas individu yang memiliki berbagai agam cirri, kemampuan dan status. Misalnya kelompok sepeda santai, kelompok pengajian dan sebagainya, kelmpok tennis, yang diikuti oleh berbagai orang berbeda usia, jabatan pendidikan, pekerjaan, status social, jenis kelamin, dan sebagainya.
8.      Kelompok In Group dan Out Group.
Ditinjau dari kedudukan atau jarak antara individu dengan kelompoknya dapat dibedakan antara individu yang in group dengan individu yang out group. Individu yang in group adalah individu yang berada dalam kelompoknya, melibatkan diri ataau dilibatkan oleh kelompoknya. Individu yang out group adalah individu yang berada diluar kelompoknya, tidak melibatkan diri atau tidak dilibatkan kelompoknya.
Keberadaan seorang individu didalam atau diluar kelompoknya bukan secara fisik tetapi secara psikologis. Mungkin seorang individu secara fisik berada bersana – sama anggota yang lain tetapi secara psikologis ia diasingkan, tidak diajak bicara, tidak diberi tugas, tidak diberi kesempatan mengajukan gagasan – gagasaannya tidak diterima pendapatnya, dan sebagainya.




C.    Karakteristik Kelompok
Menurut nama Sy Sukmadinata (1977 : 11) suatu kelompok entah itu kelompok besar atau kelompok kecil mempunyai beberapa karakteristik (cirri – ciri) tertentu yaitu sebagai berikut:
1.      Individu – individu mempengaruhi kelompok.
Kelompok adalah suatu persatuan yang terbentuk dari individu – individu, sifat – sifat, sikap, kemampuan, kematangan, perkembangan, tujuan dan minat. Individu yang membentuk kelompok terwsebut banyak mempengaruhi dan mewarnai kelompoknya.
Fungsi kelompok banyak ditentukan oleh variasi kombinasi sifat – sifat diatas. Salah satu sifat individu adalah selalu berbah dan berkembagn. (changeable – becoming). Hal tersebut memberikan karakteristik yang sama pula terhadap kelompok. Dengan kata lain kelompok juga akan berubah dan berkembang sesuai dengan dinamika individu – individu dalam kelompok tersebut.
Ilustrasi berikut diharapkan dapat menggambarkan karakteristik diatas suatu kelompok yang terdiri dari individindividu yang mempunyai sifat pionir, selalu ingin maju, kmampuan intelektual yang baik, kematngan berfikir dan mempunyai minat yang besar teradap sesuatu hal : akan berbeda dengan kelompok lain yang mempunyai sifat alonalon asal kelakon, narimo ing pandum, kemampuan intelektual anggotanya bervariasi, kematangan berfikir dan minatnya terhadap sesuatu hal tidak begitu besar akan menunjukkan kegiatan dan hasil karya yang berbeda.
Kalau kedua kelompok tersebut diidentifikasikan sebagai kelompok A dan B yang melakukan percobaan di laboratorium sekolah; kelompok mungkin akan mendapatkan hasil yang baik dan layak untuk ditampilkan dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja Tingkat Nasional, sedangkan kelompok B cukup untuk memenuhi tugas-tugas dari guru bidang studi.
2.      Kelompok Mengembangkan Struktur.
Dalam suatu kelompok berkembang suatu pengaturan tertentu bagaimana seseorang berbuat, siapa yang perlu diikuti, siapa yang bertanggung jawab atas sesuatu dan sebagainya.
Dalam kelangsungan kelompok, terjadi diferensiasi kekuatan dan pengaruh para anggota terhadap kelompoknya. Berkenaan dengan status dalam kelompok, masing – masing anggota mengembangkan peranan – peranan tertentu baik yang menjadi harapan kelompok maupun tidak.

Perhatikan ilustrasi berikut!
Dalam suatu kelompok yang terdiri dari individu-individu yang mempunyai sifat dan cirri psikofisik yang bebeda satu sama lain, akan menimbulkan berbagai bentuk ekspresi tingkah laku individu. Namun demikian tingkah laku yang berbeda-beda tersebut membentuk suatu pola tingkah laku yang serasi; maksudnya tingkah laku yang harus ditampilkan seorang pemimpin kelompok berbeda dengan pola tingkah laku anggota kelompok, tingkah laku pemimpin dan anggota kelompok ini saling mengisi untuk mencapai tujuan kelompok. Demikian pula tanggung jawab atas sesuatu hal dan pengaru setiap indiidu dalam kelompok tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan bersama.
Mungkin saja dalam kelompok akan muncul tingkah laku dan pengaruh anggota klompok yang dapat merusak kelompok itu, tetapi biasanya setiap anggota kelompok akan berusaha tidak mengembangkan keadaan negative tersebut demi kelangsungan hidup kelompok.
3.      Kelompok Mengembangkan Standat Nilai – nilai.
Kehidupan suatu kelompok mengembangkan standart nilai tertentu. Standart berkenaan dengan produktifitas kelompok, pola –pola komunikasi, cara dan prosedur kerja kelompok. Juga kelompok sering kali memberikan suatu tekanan agar terjadi conformity (kesamaan) dari anggota – anggotanya.
Perhatikan contoh berikut :
Setiap individu yang menjadi anggota suatu kelompok sudah membawa standar nilai masingmasing dari mana mereka berasal. Katakan saja mahasiswa BK yang sekarang mengikuti kuliah Bimbingan Kelompok, terdiri dari beberapa mahasiswa yang mempunyai latar belakang standar nilai yang berbedbeda, ada yang rajin, tekun, selalu mengkaji referensi yang ditunjukkan oleh dosen pengampu, sebaliknya ada juga mahasiswa yang sering datang kuliah terlambat, tidak mau bertanya kepada dosen (merasa takut kalau dikatakan tidak bisa), enggan mengkaji referensi, dsb.
Dalam kegiatan kuliah, kelompok(dosen dan mahasiswa) berusaha agar terjadi kesamaan nilai dalam kelompok tersebut, dengan cara setiap individu berusaha untuk datang tepat waktu, berusaha mengkaji referensi secara maksimal, mengembangkan pola kuliah aktif (komunikasi dosen-mahasiswa, mahasiswa-mahasiswa), berusaha untuk bertanya dan menjawab persoalan yang muncul.Dengan demikian disini akan dikembangkan standar nilai baru yang lebih baik dan merata.


4.      Kelompok Berbeda dalam Kekohesifannya, Keaktraktifannya, dan Emosionalitasnya.
Kekohesifannya (cohesiveness) merupakan kekuatan ikatan pertalian diantara anggota – anggota suatu kelompok. Semakin kuat ikatan pertalian diantara anggota kelompok, maka kelompok itu akan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.
Keaktratifan (attractiveness) adalah ketertarikan (daya tarik) kelompok terhadap para anggotanya. Keatraktifan kelompok ini tergantung kepada tujuan kelompok, besarnya program, jenis organisasi, posesi kelompok dalam msasyarakt, serta keputusan – keputusan lain yang diperoleh anggota dari kelompok. Jika sesuatu kelompok mempunyai daya tarik yang baik, maka kelompok itu semakinn menatik untuk digeluti oleh setiap ornga yang menjadi anggota kelompok itu.
Emosionalitas (emotionality) merupakan keselurahan suasana kehidupan kelompok yang berlangsung pada saat tertentu. Ada empat macam emosionalitas yang mungkin terjadi dalam kelompok, yaitu:
a.       Ketergantungan (dependency) adanya ketergantungan seorang atau beberpa anggota kelompok pada seorang anggota yang lain.
b.      Berpasangan (pairing) adanya saling harga menghargai antar dua atau lebih anggota kelompok.
c.       Permusuhan (fight) menunjukan adanya ketidak senangan, penolakan, malah menyerang terhadap yang lain.
d.      Pelarian (withdrawing) kecenderungan untuk menjauhkan diri / melarikan diri dari masalah.
Suatu kelompok akan berisi tiga aspek tersebut di atas (cohessivness, attractiveness dan emotionality), hanya saja intensitas setiap aspeknya berbeda antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
Contoh :
Seseorang (A) menjadi anggota suatu kelompok karena tertarik dengan tujuan kelompok tersebut, selain itu kelompok menyajikan program yang menarik, dan dengan menjadi anggota kelompok gengdinya di mata msayarakat meningkat. Dengan demikian ikatan batin orang tersebut dengan kelompoknya berbeda dengan anggota lain (B) yang masuk dalam kelompok karena didorong oleh alasan : sesuai dengan tujuan hidupnya, program kelompok menyangkut derajat hidup orang banyak ia memperoleh kepuasan batin tetapi tidak merasa naik gengsinya dimata masyarakat. Ketika terjadi masalah dalam kelompok itu B gengsinya dimata masyarakat. Ketika terjadi masalah dalam kelompok itu B berusaha ikut mengatasinya tidak melarikan diri sebgaimana A. Hal ini dapat terjadi karena B mengembangkan sifat saling harga menghargai sesama anggota kelompok, sebaiknya A justru mengembangkan permusuhan terhadap anggota lainyang tidak sekata.
5.      Kelompok Membentuk Tujuan Kelompok.
Kelompok terbentuk karena adanya tujuan bersama. Kegiatan kelompok diarahkan untuk mencapai hasil kelompok setinggi – tingginya. Kegiatan kelompok juga ditujukan untuk memenuhi kebutuhan individu yang sejalan dengan tujuan kelompok. Tujuan kelompok dapat memelihara kesatuan kelompok, membentuk hubungan yang harmonis dan mencegah perpecahan diantara anggota kelompok.
Suatu contoh untuk memperjelas keterangan diatas :
IPBI (ABKIN) adala suatu kelompok yang memiiki tujuan untuk mewadahi semua petugas bimbingan di Indonesia untuk dapat memberikan layanan bantuan ( bimbingan dan koseling) kepada siswa dalam mencapai perkembangan dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuannya.
Setiap petugas bimbingan mempunyai tujuan seperti tersebut di atas (sesuai dengan Anggran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga). Untuk mencapai tujuan tersebut, kelompok mengorganisir anggota dan mengadakan kegiatan-kegiatan yang mendukung tercapainya tujuan kelompok: misalnya dengan mengadakan seminar, loka karya, penataran, penerbiatan buletin dan sejenisnya, penelitian di bidang bimbingan dan kegiatan-kegiatan lain untuk mengembangkan dan memajukan bimbingan dan konseling. Dengan demikian secara tidak langsung kelompok telah membentuk tujuan kelompok.

D.    Interaksi Kelompok
Dalam suatu kegiatan kelompok terjadi interaksi social, yaitu suatu tipe hubungan antara dua orang atau lebih dimana terdapat tingkah laku individu yang berbeda-beda.
Interaksi ini dapat berlangsung secara fisik (olahraga dan permainan) dan dapat juga secara simbolis (komunikasi) baik melalui bahasa lisan atau tulisan, melalui isyarat, lambing-lambang dan model. Dalam bimbingan kelompok, interaksi terutama berlangsung secara simbolis melalui bahasa lisan.
Interaksi sosial dalam kelompok dipengaruhi beberapa faktor, yaitu:
1.      Faktor-faktor pribadi
a.       Kekayaan informasi yang dimiliki oleh individu
b.      Kemampuan berpikir individu
c.       Kemampuan dan keterampilan berbahasa dan berkomunikasi secara verbal dari individu.
d.      Kecenderungan pribadi individu seperti kecenderungan menguasai atau patuh, bersahabat ataubermusuhan dan lain-lain.
2.      Kekayaan Kelompok dan Faktor Situasi
a.       Tugas dan tujuan kelompok
b.      Jenis kelompok
c.       Kualitas kelompok
d.      Besarnya kelompok
e.       Kecocokan waktu diskusi
f.       Lingkungan fisik dan penempatan anggota
g.      Tipe kepemimpinan dan penerimaan kepemimpinan tersebut oleh anggota.
Hubungan interpersonal, merupakan salah satu aspek dari interaksi yang menunjukan cara individu mereaksi terhadap individu laindalam kelompok. Ada beberapa dimensi hubungan interpersonal, yaitu:
a.       Dimensi suka-tidak suka
b.      Dimensi sensitifitas social (kepekaan terhadap reaksi orang lain)
c.       Dimensi ancaman-tantangan. Seberapa jauh orang lain memberi tantangan merupakan ancaman bagi dirinya.
d.      Dimensi koperasi dan kompetisi. Kesediaan dan bekerjasama dengan orang lain dan kebutuhan untuk bersaing dengan orang lain.

E.     Semangat dan Produktivitas Kelompok
Hal yang memegang peranan penting dalam dinamika kelompok adalah semangat kelompok dan produktivitas kelompok.
Semangat kelompok atau moriil merupakan suatu sikap atau tenaga yang ditandai dengan adanya keyakinan dan motif yang kuat untuk berbuat dan mengembangkan organisasi yang baik dalam mencapai tujuan kelompok.
Menurut Rochman Natawijaya semangat kerja adalah sikap dari individu atau kelompok terhadap lingkungan kerjanya yang terhadap kerjasama itu dilakukan secara sukarela dengan mengerahkan seluruh kemampuannya sesuai dengan kepentingan organisasi kelompok yang sedang bergiat.
Ada beberapa ciri kelompok yang bermoriil tinggi, yaitu:
a.       Kelompok bergiat tanpa ada ketegangan yang berarti.
b.      Anggota kelompok memiliki pedoman yang dapat digunakan dalam situasi yang bagaimanapun.
c.       Seluruh anggota kelompok memiliki kebutuhan dan tujuan yang relatif sama.
d.      Anggota kelompok memperlihatkan sikap yang positif terhadap pemimpinnya.
e.       Anggota kelompok cenderung bersedia mempertahankan nasib kelompoknya.

Kelompok yang produktif adalah kelompok yang kaya dengan pencapaian tujuan kelompok dan kaya dengan pemberian sumbangan terhadap kebutuhan anggota-anggotanya. Produktifitas kelompok sangat dipengaruhi oleh semangat kerja kelompok, serta kepemimpinan dalam kelompok. Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar terjadi produktifitas kelompok, yaitu:
a.       Suasana kelompok
b.      Rasa aman
c.       Kepemimpinan berbagi
d.      Perumusan tujuan
e.       Fleksibilitas
f.       Mufakat
g.      Timbulnya kesadaran kerja
h.      Penilaian yang terus menerus.












BAB III
KESIMPULAN

Beberapa hal yang dapat di simpulkan dari makalah Konsep Dasar Kelompok ini adalah sebagai berikut:
A.       Pengertian dari Kelompok adalah kesatuan dua atau lebih individu, yang saling berinteraksi, yang memungkinkan terjadinya interstimulasi dan respon untuk mencapai tujuan bersama.
B.        Kelompok dibedakan menjadi 8 macam, yaitu:
1.      Kelompok Primer Dan Kelompok Sekunder
2.      Psyche-Group dan Socio Group
3.      Kelompok Permanen dan Kelompok Temporer
4.      Kelompok Formal Dan Kelompok Informal
5.      Kelompok Terorganisasi dan Tidak Terorganisasi
6.      Membersip Group dan Reference Group.
7.      Kelomok Homogen dan Hetrogen.
8.      Kelompok In Group dan Out Group.
C.        Setiap kelompok yang berbeda memiliki karakteristik yang berbeda pula, dan karakteristik kelompok tersebut yaitu:
1.      Individu – individu mempengaruhi kelompok.
2.      Kelompok Mengembangkan Struktur.
3.      Kelompok Mengembangkan Standat Nilai – nilai.
4.      Kelompok Berbeda dalam Kekohesifannya, Keaktraktifannya, dan Emosionalitasnya.
5.      Kelompok Membentuk Tujuan Kelompok.
D.       Dalam suatu kegiatan kelompok terjadi interaksi social, yaitu suatu tipe hubungan antara dua orang atau lebih dimana terdapat tingkah laku individu yang berbeda-beda.
E.          Hal yang memegang peranan penting dalam dinamika kelompok adalah semangat kelompok dan produktivitas kelompok. Produktifitas kelompok sangat dipengaruhi oleh semangat kerja kelompok, serta kepemimpinan dalam kelompok.



DAFTAR PUSTAKA

Husairi, achsan. Bimbingan Kelompok dan Konseling Individual, 2012. CV Arya Duta. Depok.

Rahardjo, Susilo dkk, Bimbingan dan Konseling Kelompok, 2009,UMK.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar