1.
Penelitian
dapat dikatakan sebagai cara untuk mencari kebenaran melalui metode ilmiah. Dalam
mengungkapkan kebenaran tersebut menggunakan metode ilmiah yang meliputi
hal-hal berikut ini:
a.
Merumuskan Masalah
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan
kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam
bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan
memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang
dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.Permusan
masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan sebuah
permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum
dirumuskan. Dalam perumusan masalah juga dilakukan identifikasi masalah. Proses
identifikasi masalah penting dilakukan agar rumusan masalah menjadi tajam dan
sebagai bentuk data awal bahwa dalam penelitian ilmiah tersebut memang
dibutuhkan pemecahan masalah melalui penelitian. Identifikasi masalah
dirumuskan bersesuaian sebagaimana latar belakang masalah, berdasarkan fakta
dan data yang ada di lapangan. Identifikasi masalah pada umumnya dirumuskan
dalam bentuk kalimat deklaratif, sementara rumusan masalah ditulis dalam bentuk
kalimat tanya (berbentuk pertanyaan).
b.
Melakukan Studi Literature
Dalam
Metode Ilmiah langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah melakukan studi
literature, yakni studi mengenai teori dan atau hasil penelitian di masa lampau
yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dikaji. Peneliti juga dapat melakukannya dengan menelusuri dan
memahami kajian pustaka untuk bahan penyusun landasan teori yang dibutuhkan
untuk menyusun hipotesis maupun pembahasan hasil penelitian nantinya. Sebuah
penelitian dikatakan bagus apabila didasarkan pada landasan teori yang kukuh
dan relevan. Banyak teori yang bersesuaian dengan penelitian, namun ternyata
kurang relevan. Oleh karenanya, perlu dilakukan usaha memilah-milah teori yang
sesuai. Selain itu studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui pengkajian
kepustakaan akan dapat membuat penelitian lebih fokus pada masalah yang
diteliti sehingga dapat memudahkan penentuan data apa yang nantinya akan
dibutuhkan.
c.
Merumuskan Hipotesis
Hipotesis
adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian
berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir
ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat
membantu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali
pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat
penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan
peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini
dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan.
Hipotesis
perlu dirumuskan dalam sebuah penelitian ilmiah, lebih-lebih penelitian
kuantitatif. Dengan menyatakan hipotesis, maka penelitian ilmiah yang dilakukan
peneliti akan lebih fokus terhadap masalah yang diangkat. Selain itu dengan
rumusan hipotesis, seorang peneliti tidak perlu lagi direpotkan dengan
data-data yang seharusnya tidak dibutuhkannya, karena data yang diambilnya
melalui instrumen penelitian hanyalah data-data yang berkaitan langsung dengan
hipotesis. Data-data ini sajalah yang nantinya akan dianalisis. Hipotesis erat
kaitannya dengan anggapan dasar. Anggapan dasar merupakan kesimpulan yang
kebenarannya mutlak sehingga ketika seseorang membaca suatu anggapan dasar,
tidak lagi meragukan kebenarannya.
d.
Mengumpulkan Data, Mengolah Data, dan Menganalisis
Data
Pengumpulan
data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam
metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang
sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis
yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode
ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya
sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.
Beragam
data yang terkumpul saat peneliti melaksanakan penelitian ilmiahnya tidak akan
mempunyai kana apapun sebelum dilakukan analisis. Ada beragam alat yang dapat
digunakan untuk melakukan analisis data, bergantung pada jenis data itu
sendiri. Bila penelitian ilmiah yang dilakukan bersifat kuantitatif, maka jenis
data akan bersifat kuantitatif juga. Bila penelitian bersifat kualitatif, maka
data yang diperoleh akan bersifat kualitatif dan selanjutnya perlu diolah
menjadi data kuantitatif. Untuk itu perlu digunakan statistik dalam pengolahan
dan analisis data.
e.
Mengambil Kesimpulan
Langkah
paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan
perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang
telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk
kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis
data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap
cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan
temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan
rumusan masalah yang diajukannya.
Pada
hakekatnya merumuskan hasil penelitian dan melakukan pembahasan adalah kegiatan
menjawab pertanyaan atau rumusan masalah penelitian, sesuai dengan hasil
analisis data yang telah dilakukan. Pada saat melakukan pembahasan, berarti
peneliti melakukan interpretasi dan diskusi hasil penelitian.Hasil penelitian
dan pemabahasannya merupakan inti dari sebuah penelitian ilmiah.Pada penelitian
ilmiah dengan pengajuan hipotesis, maka pada langkah inilah hipotesis itu
dinyatakan diterima atau ditolak dan dibahas mengapa diterima atau ditolak.
Bila hasil penelitian mendukung atau menolak suatu prinsip atau teori, maka
dibahas pula mengapa demikian. Pembahasan penelitian harus dikembalikan kepada
teori yang menjadi sandaran penelitian ilmiah yang telah dilakukan.
2.
Sebagai
peneliti pemula seringkali mengalami kesulitan memilih masalah yang baik.
Beberapa karakteristik masalah yang baik adalah sebagai berikut:
a.
Topik
atau judul yang dipilih benar-benar sangat menarik
Seorang peneliti sebelum menentukan
tentang topik atau judul yang akan dia pilih dan akan dia gunakan dalam
penelitiannya tidak bisa sembarangan. Melainkan seorang peneliti harus
benar-benar memikirkan apakah judul yang akan digunakan merupakan sesuatu yang
menarik atau tidak. Bukan hanya menarik untuk dirinya sendiri sebagai peneliti,
tetapi juga harus menarik bagi orang lain terutama orang yang akan merasakan
dampak penelitian yang akan dilakukan.
b.
Pemecahan
masalah harus bermanfaat bagi orang-orang yang berkepentingan dalam bidang
tertentu.
Sebuah penelitian untuk
pemecahan masalah yang dilakukan haruslah berdampak sebuah manfaat bagi
masyarakat luas. Karena sebuah penelitian se’megah’ apapun jika hanya berakhir
untuk dipajang diperpustakaan tidak dapat dikatakan bahwa penelitian tersebut
telah berhasil. Akan tetapi sebaliknya walaupun sebuah penelitian
dilakukan dengan sederhana namun pada
akhirnya dapat bermanfaat bagi masyarakat maka penelitian inilah yang dapat
dikatakan sebagai penelitian yang berhasil.
Penelitian haruslah berguna
paling tidak untuk orang-orang yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
Misalnya saja jika seorang peneliti melakukan pemecahan masalah tentang
penyakit HIV/AIDS, maka hasil penelitiannya harus bermanfaat minimal bagi
dokter yang menangani pasien-pasien yang mempunyai penyakit HIV/AIDS.
c. Masalah yang di kemukakan merupakan
suatu hal yang baru.
Dalam menentukan suatu
masalah yang akan dijadikan topik dalam penelitian, seorang peneliti haruslah
mencari permasalahan yang paling update. Terutama
lagi masalah-masalah yang sedang hangat-hangatnya berkembang dan banyak
dibicarakan di masyarakat. Karena jika
seorang peneliti melakukan penelitian terhadap suatu permasalahan yang telah
lama maka ketika penelitian telah selesai keefektifan penelitiannya akan
mempunyai dampak yang minim.
d.
Mengundang
rancangan yang lebih kompleks.
Walaupun sebuah topik dan
masalah dalam penelitian haruslah spesifik dan tidak terlalu umum, namun sebuah
topik dan masalah tersebut haruslah bersifat kompleks. Artinya topik yang
ditentukan harus mewakili keseluruhan isi dari penelitian yang akan dilakukan.
Jadi, ketika suatu saat ada yang membaca hasil penelitiannya maka orang
tersebut akan langsung bisa mengetahui bahwa penelitian tersebut tentang apa
dan mencakup hal apa saja.
e. Dapat diselesaikan sesuai waktu yang
diinginkan.
Sebelum menentukan
permasalahan apa yang akan dijadikan objek penelitian, seorang peneliti harus
dapat membayangkan dan memprediksi apakah permasalahan tersebut dapat
diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan atau tidak. Untuk itu, seorang
peneliti harus memiliki pengetahuan dan sumber-sumber yang akan menjadi
pendukung dalam proses penelitian. Dengan demikian maka seorang peneliti akan
memiliki persiapan yang bagus untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan
dengan tepat waktu.
f.
Tidak
bertentangan dengan moral.
Sebagai seorang peneliti
yang beragama dan hidup berdampingan dengan manusia lain maka sudah seharusnya
suatu permasalahan yang akan dipecahkan dan akan dijadikan topik penelitian
harus sesuatu yang tidak bertentangan dengan moral yang berlaku dimasyarakat
dan juga tidak boleh bertentangan dengan aturan agama. Karena penelitian yang
bertentangan dengan norma pada akhirnya akan mendapatkan tentangan dari
masyarakat dan jika demikian penelitian yang dilakukan tidak akan berarti
apa-apa dan hanya sia-sia.
3.
Dalam
merancang suatu penelitian, seorang peneliti perlu mamahami langkah-langkah
yang harus ditempuh dalam proses penelitian. Langkah-langkah tersebut beserta
gambarkan alur bagan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a.
Penelitian
diawali dengan adanya masalah.
Masalah
adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan yang ada.
Sebagaimana halnya dalam metode ilmiah, pada penelitian ilmiah juga harus
berangkat dari adanya permasalahan yang ingin pecahkan. Sebelum melaksanakan
penelitian ilmiah perlu dilakukan identifikasi masalah. Proses identifikasi
masalah penting dilakukan agar rumusan masalah menjadi tajam dan sebagai bentuk
data awal bahwa dalam penelitian ilmiah tersebut memang dibutuhkan pemecahan
masalah melalui penelitian. Identifikasi masalah dirumuskan bersesuaian
sebagaimana latar belakang masalah, berdasarkan fakta dan data yang ada di
lapangan. Identifikasi masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat
deklaratif, sementara rumusan masalah ditulis dalam bentuk kalimat tanya
(berbentuk pertanyaan).
b.
Melakukan
Studi Teori
Di dalam penelitian ilmiah,
perlu dilakukan sebuah studi mengenai teori-teori yang berkaitan dengan topik
permasalahan yang telah ditentukan. Peneliti dapat melakukannya dengan
menelusuri dan memahami kajian pustaka untuk bahan penyusun landasan teori yang
dibutuhkan untuk menyusun hipotesis maupun pembahasan hasil penelitian
nantinya. Sebuah penelitian dikatakan bagus apabila didasarkan pada landasan
teori yang kukuh dan relevan. Banyak teori yang bersesuaian dengan penelitian,
namun ternyata kurang relevan. Oleh karenanya, perlu dilakukan usaha
memilah-milah teori yang sesuai. Selain itu studi pendahuluan yang dilakukan
peneliti melalui pengkajian kepustakaan akan dapat membuat penelitian lebih
fokus pada masalah yang diteliti sehingga dapat memudahkan penentuan data apa
yang nantinya akan dibutuhkan.
c. Merumuskan
Hipotesis
Hipotesis
perlu dirumuskan dalam sebuah penelitian ilmiah untuk menjadi bahan pembuktian
dalam penelitian yang dilakukan. Dengan menyatakan hipotesis, maka penelitian ilmiah
yang dilakukan peneliti akan lebih fokus terhadap masalah yang diangkat. Selain
itu dengan rumusan hipotesis, seorang peneliti tidak perlu lagi direpotkan
dengan data-data yang seharusnya tidak dibutuhkannya, karena data yang
diambilnya melalui instrumen penelitian hanyalah data-data yang berkaitan
langsung dengan hipotesis. Data-data ini sajalah yang nantinya akan dianalisis.
Hipotesis erat kaitannya dengan anggapan dasar. Anggapan dasar merupakan
kesimpulan yang kebenarannya mutlak sehingga ketika seseorang membaca suatu
anggapan dasar, tidak lagi meragukan kebenarannya.
d.
Sampel
yang di ambil dari populasi harus representatif (mewakili karakteristik
populasi)
Sampel yang dalam
penelitian yang di ambil dari populasi
haruslah mewakili keseluruhan populasi yang sedang diteliti. Karena jika
sampeltidak representatif maka ibarat orang buta di minta untuk menyimpulkan
karakteristik gajah. Satu orang memegang telinga gajah, maka ia menyimpulkan
gajah itu seperti kipas. Orang kedua memegang badan gajah, maka ia menyimpulkan
gajah itu seperti tembok besar. Satu orang berikutnya memegang ekornya, maka ia
menyimpulkan gajah itu kecil seperti seutas tali. Seperti itulah jika mengambil
sampel tidak representatif, maka ibarat 3 orang buta yang membuat kesimpulan salah
tentang gajah.
e. Menentukan dan
Mengembangkan Instrumen Penelitian
Apakah
yang dimaksud dengan instrumen penelitian? Instrumen penelitian merupakan alat
yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya. Beragam
alat dan teknik pengumpulan data yang dapat dipilih sesuai dengan tujuan dan
jenis penelitian ilmiah yang dilakukan. Setiap bentuk dan jenis instrumen
penelitian memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Karena itu
sebelum menentukan dan mengembangkan instrumen penelitian, perlu dilakukan
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Salah satu kriteria pertimbangan yang dapat
dipakai untuk menentukan instrumen penelitian adalah kesesuaiannya dengan
masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Instrumen penelitian juga harus
memiliki keterandalan dan kesahihan atau valid dan reliabel. Instrumen
penelitian dapat menggunakan instrumen yang baku/telah teruji atau peneliti
menyusun instrumen sendiri namun instrumen yang dibuat sendiri harus diuji
validitas dan realibilitasnya. Hal tersebut dilakukan karena Tidak semua alat
atau instrumen pengumpul data cocok digunakan untuk penelitian-penelitian
tertentu.
f.
Penyajian
Data
Data
yang dikumpulkan peneliti selanjutnya dideskripsikan melalui penyajian data.
Dengan demikian gambaran data menjadi lebih jelas baik bagi peneliti maupun
orang lain. Untuk keperluan data diperlukan statistik deskriptif.
g.
Analisis
Data
Analisa
data bertujuan untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis. Ada dua
macam hipotesis, yaitu hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis
penelitian adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Sedangkan
hipotesis statistik adalah dugaan keadaan populasi dengan menggunakan data
sampel. Dalam pengujian statistik perlu adanya taraf kesalahan yang
ditentukan/taraf signifikansi. Beragam data yang terkumpul saat peneliti
melaksanakan penelitian ilmiahnya tidak akan mempunyai kana apapun sebelum
dilakukan analisis. Ada beragam alat yang dapat digunakan untuk melakukan
analisis data, bergantung pada jenis data itu sendiri. Bila penelitian ilmiah
yang dilakukan bersifat kuantitatif, maka jenis data akan bersifat kuantitatif
juga. Bila penelitian bersifat kualitatif, maka data yang diperoleh akan
bersifat kualitatif dan selanjutnya perlu diolah menjadi data kuantitatif.
Untuk itu perlu digunakan statistik dalam pengolahan dan analisis data.
h.
Analisis
Statistik
Untuk keperluan pengujian hipotesis
statistik diperlukan analisis statistik. Melalui analisis data dibuat keputusan
hipotesis yang diajukan apah diterima atau ditolak. Yang diikuti dengan
pembahasan hasil penelitian. Pembahasan hasil penelitian merupakan deskripsi
atau analisis dengan menggunakan rujukan teori atau penelitian lain, sehingga
hasil penelitian dapat meyakinkan dan bermanfaat bagi orang lain.
i.
Membuat
Kesimpulan dan Memberikan Saran.
Langkah akhir dari penelitian adalah
membuat kesimpulan dan memberikan saran. Kesimpulan merupakan jawaban terhadap
rumusan masalah penelitian. Sedangkan saran adalah langkah nyata yang harus
dilakukan oleh pihak-pihakyang terkait denga hasil penelitian. Pada hakekatnya
merumuskan hasil penelitian dan melakukan pembahasan adalah kegiatan menjawab
pertanyaan atau rumusan masalah penelitian, sesuai dengan hasil analisis data
yang telah dilakukan. Pada saat melakukan pembahasan, berarti peneliti
melakukan interpretasi dan diskusi hasil penelitian. Hasil penelitian dan pemabahasannya
merupakan inti dari sebuah penelitian ilmiah.Pada penelitian ilmiah dengan
pengajuan hipotesis, maka pada langkah inilah hipotesis itu dinyatakan diterima
atau ditolak dan dibahas mengapa diterima atau ditolak. Bila hasil penelitian
mendukung atau menolak suatu prinsip atau teori, maka dibahas pula mengapa
demikian. Pembahasan penelitian harus dikembalikan kepada teori yang menjadi
sandaran penelitian ilmiah yang telah dilakukan.
Bagan
Mekanisme perumusan Melalui Metode Ilmiah
PERUMUSAN
MASALAH
|
PENYUSUNAN
KERANGKA
BERFIKIR
|
KHASANAH
PENGETAHUAN
ILMIAH
|
MATEMATIKA
|
Logika Deduktif
|
PERUMUSAN
HIPOTESIS
|
DITERIMA
|
PENGUJIAN
HIPOTESIS
|
DITOLAK
|
4. Maksud dan contoh dari variabel:
a. Penjelasan Variabel
Variabel
adalah konsep yang mempunyai variasi nilai , atau mempunyai lebih dari satu
nilai, keadaan, kategori atau kondisi. variabel
penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Secara teoritis variabel
dapat didefiisikan sebagai atribut seseorang, atau objek yang mempunyai
“Variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang
lain (Hatch dan
Farhady,1981). Dinamakan variabel karena ada variasinya.
Menurut Y.W Best yang disebut variabel
penelitian adalah kondisi-kondisi atau serenteristik-serenteristik yang oleh
peneliti dimanupulasikan, dikontrol atau dioservasi dalam suatu
penelitian. Sedang Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud menjelaskan bahwa
yang dimaksud variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan penelitian. Dari ketiga
pengertian tersebut dapatlah
dijelaskan bahwa variabel penelitian itu meliputi faktor-faktor yang berperan
dalam peristiwa atau gejala yang akan
diteliti.
Para ilmuwan cenderung memusatkan tenaga dan pikiran pada
variabel. Karena mereka berusaha menguji dan menjelaskan perbedaan, karena pada
dasarnya kegiatan pokok dari suatu ilmu pengetahuan adalah untuk menjelaskan
perbedaan. Mengapa beberapa siswa lebih berprestasi daripada siswa yang lain?
(perbedaan dalam prestasi?). mengapa ada orang yang menjadi anggota Golkar,
sedangkan yang lainnya masuk PKS (Perbedaan dalam oerientasi politik?). Mengapa
ada desa yang tingkat migrasi keluar lebih tinggi, sementara desa yang lain
tidak demikian (perbedaan dalam tingkat migrasi keluar?). Untuk itulah perlu
dilakukan analisis variabel dan menetapkan bagaimana variabel itu terhubung
satu sama lain.
Misalnya akan dikaji perbedaan tingkat prestasi belajar
dengan melihat perbedaan tingkat IQ siswa. Dalam kasus ini tingkat belajar
menjadi satu variabel dan tingkat IQ menjadi variabel lainnya. Dalam konsep itu
terdapat banyak nilai, keadaan dan kategori (perbedaan dalam skor). Tingkat IQ
mungkin sangat rendah, rendah, sedang,
tinggi, sangat tinggi. Sedangkan tingkat prestasi belajar terkandung pula
beberapa nilai. Adapun yang dimaksud dengan konsep adalah definisi dari apa
yang perlu diamati dan diteliti, konsep menentukan variabel-variabel mana yang
ada hubungan empiriknya. Konsep ada yang sederhana, adapula yang rumit.
Misalnya konsep meja, kursi, rumah, kuda, ayam dan sebagainya. Mudah
diterangkan cukup dengan menunjuk benda atau hewan yang dimaksud. Sebaiknya ada
konsep yangtidak dapat dilihat, karena memerlukan pengertian abstrak yang
disebut konstruk (constructs), adalah
sangat rumit dan artinya hanya dapat diperoleh secara tidak langsung
(Koentjaraningrat 1981). Dalam ilmu sosial konsep jenis konstruk inilah yang
merupakan unsur-unsur utama penelitian. Misalnya konsep kedudukan, peranan,
interaksi sosial, mobilitas sosial, partisipasi, dan sebagainya, merupakan
konstruk.
Konsep-konsep yang digunakan dalam suatu penelitia
seharusnya dinyatakan dalam bahasa variabel. Misalnya konsep ‘badan’, bukan
variabel karena badan tidak mengandung adanya nilai yang bervariasi. Akan
tetapi ‘berat badan’, ‘tinggi badan’ adalah variabel karena memiliki nilai yang
bervariasi. Jenis kelamin adalah variabel
karena memiliki nilai yang bervariasi, yaitu laki-laki dan perempuan,
umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, jumlah anak, status ekonomi,
status pemilik tanah dan sebagainya adalah variabel karena semuanya memiliki
nilai yang bervariasi. Konsep-konsep yang tidak mengandung pengertian nilai
yang beragam biasanya dapat diubah menjadi variabel dengan memusatkan pada
aspek tertentu dari aspek tersebut. Konsep ‘kontrasepsi’ dapat diubah menjadi
variabel dengan mengubahnya menjadi
‘pengguna kontrasepsi’. Variabel dapat juga dikatakan sebagai suatu
pengelompokan yang logik dari dua atau lebih atribut. Atribut laki-laki dan
perempuan dikelompokan menjadi variabel jenis kelamin, atribut tua dan muda
dapat dikelompokan menjadi variabel usia, dan sebagainya.
Dalam
penelitian pengukuran variabel sesungguhnya dapat juga diartikan sebagai
menentukan atribut atau variasi nilai, atau taraf ukuran dari variabel yang
sedang diteliti. Atribut atau variasi nilai atau taraf suatu variabel diperoleh
melalui pengamatan terhadap subyek-subyak atau satuan-satuan penelitian
berdasarkan indikator dari satuan-satuan tersebut. Misalnya mengukur variabel
prestasi berhitung adalah menentukan variasi nilai atau taraf (rendah, sedang,
tinggi) dari variabel prestasi berhitung melalui tes prestasi berhitung yang
diberikan kepada peserta didik. Individu-individu peserta didik merupakan
satuan-satuan penelitian, sedangkan hasil-hasil tes berhitung peserta didik
merupakan indikator dari prestasi berhitung. Contoh kedua dapat dipilih tingkat
ekonomi. Mengukur tingkat ekonomi berarti menentukan variasi nilai (rendah,
sedang, tinggi) dari tingkat ekonomi keluarga atau rumah tangga sebagai satuan
penelitian, sedangkan indikatornya adalah penghasilan bersih, pemilikan barang
berharga seperti rumah, kendaraan, dan lain-lain.
b. Contoh Variabel
JUDUL :HUBUNGAN
PENGGUNAAN MEDIA INTERNET DALAM PROSES
PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA
Variabel X :
Penggunaan Media Internet
Variabel Y :
Prestasi belajar siswa
5.
Anda
diminta untuk membuat judul penelitian. Dalam judul tersebut sebutkan dan
jelaskan Apa masalahnya, Tunjukan/sebutkan variable X (beri penjelasan),
Tunjukan/sebutkan variable Y (beri penjelasan)!
JUDUL :HUBUNGAN EFEKTIFITAS PELAKSANAAN
KURSUS KECAKAPAN HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT.
a. Latar
belakang Masalah.
Keterampilan hidup merupakan salah satu
faktor yang bisa menjamin keberlangsungan hidup seseorang. Karena dengan sebuah
keterampilan yang dimiliki, seseorang akan memanfaatkan keterampilannya untuk
bertahan hidup. Keterampilan akan menjadi ‘basic’ mencari nafkah dalam
kehidupan sehari-hari.
Nafkah merupakan kebutuhan dari setiap
orang tanpa terkecuali, baik itu orang yang belum berkeluarga terlebih lagi
orang yang telah berkeluarga karena harus menghidupi istri dan anak-anaknya.
Oleh karena itu, tanpa nafkah keberlangsungan hidup seseorang akan terganggu
karena sesorang tidak akan bisa mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya.
Mencari nafkah ditengah keterbatasan
lapangan pekerjaan yang sedang dialami dewasa ini merupakan hal yang sulit.
Ditambah lagi dengan latar belakang pendidikan yang rendah menjadikan seseorang
menjadi tersisihkan dari setiap lapangan pekerjaan karena biasanya sebuah
lapangan pekerjaan memiliki syarat pendidikan tersendiri dalam menyeleksi calon
pekerjanya.
Namun keterbatasan lapangan pekerjaan
dan rendahnya tingkat latar belakang pendidikan yang dimiliki tentunya tidak
akan menjadi suatu masalah yang terlalu serius jika seseorang memiliki suatu
keterampilan untuk dimanfaatkan. Karena dengan sebuah keterampilan seseorang
akan bisa lebih mandiri tanpa harus mengandalkan lapangan pekerjaan yang orang
lain ciptakan, akan tetapi bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk dirinya
sendiri bahkan untuk orang lain disekitarnya.
Hal tersebutlah yang kini terjadi
dilingkungan saya, masih banyak orang yang terlalu ‘memprimadonakan’ untuk
dapat bekerja dipabrik sebagai buruh dibandingkan untuk berwirausaha. Sehingga
mereka lebih baik menganggur selama menunggu panggilan kerja. Karena
keterbatasan pemikiran mereka yang beranggapan bahwa dengan latar belakang
pendidikan mereka yang relatif rendah maka mereka hanya bisa bekerja sebagai
buruh.
Padahal sebenarnya dengan
pendidikan seperti apapun jika ditunjang dengan sebuah keterampilan yang
dimiliki maka tidak akan membuat seseorang menjadi pengangguran. Karena mereka
akan bisaa memanfaatkan keterampilannya untuk memiliki pekerjaan.
b. Variabel
X
Variabel X adalah variabel bebas atau variabel pengaruh (independent variables) adalah variabel
penyebab yang diduga terjadi terlebih dahulu. Variabel
bebas juga adalah variabel yang menyebabkan atau memengaruhi, yaitu
faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk
menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati.
Variabel X pada judul di atas adalah “Efektifitas Kursus Kecakapan Hidup”.
Karena variabel tersebut bebas ditentukan nilainya apakah kurang efektif,
efektif, atau sangat efektif. Penentuan nilai tersebut bergantung kepada
kenyataan dilapangan seperti apa. Jadi efektifitas ini merupakan variabel yang
akan diukur pertama kali oleh peneliti untuk menentukan hubungannya seperti apa
dengan variabel berikutnya (variabel bebas)
c. Variabel
Y
Variabel Y adalah variabel terikat atau
variabel terpengaruh (dependent
variables) adalah variabel akibat yang diperkirakan terjadi kemudian. Variabel terikat juga adalah faktor-faktor yang diobservasi dan
diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang
muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh
peneliti.
Variabel
Y dari judul di atas adalah “Kesejahteraan
Masyarakat” karena sejahtera atau tidaknya masyarakat yang dijadikan
populasi yang kemudian dijadikan sampel bergantung dari variabel sebelumnya.
Jika pada variabel sebelumnya yaitu berkenaan dengan efektifitas mempunyai
nilai yang sangat efektif, maka secara otomatis variabel terikatnya yaitu
kesejahteraan masyarakat akan mempunyai nilai yang tinggi pula, yaitu dimana
masyarakat akan memiliki kesejahteraan dalam kehidupannya.
contohnya juga atuh laaaah
BalasHapus