Sabtu, 21 Februari 2015

PERTANYAAN DALAM PENELITIAN



1.    Penelitian dapat dikatakan sebagai cara untuk mencari kebenaran melalui metode ilmiah. Dalam mengungkapkan kebenaran tersebut menggunakan metode ilmiah yang meliputi hal-hal berikut ini:
a.    Merumuskan Masalah
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum dirumuskan. Dalam perumusan masalah juga dilakukan identifikasi masalah. Proses identifikasi masalah penting dilakukan agar rumusan masalah menjadi tajam dan sebagai bentuk data awal bahwa dalam penelitian ilmiah tersebut memang dibutuhkan pemecahan masalah melalui penelitian. Identifikasi masalah dirumuskan bersesuaian sebagaimana latar belakang masalah, berdasarkan fakta dan data yang ada di lapangan. Identifikasi masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat deklaratif, sementara rumusan masalah ditulis dalam bentuk kalimat tanya (berbentuk pertanyaan).

b.    Melakukan Studi Literature
Dalam Metode Ilmiah langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah melakukan studi literature, yakni studi mengenai teori dan atau hasil penelitian di masa lampau yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dikaji. Peneliti  juga dapat melakukannya dengan menelusuri dan memahami kajian pustaka untuk bahan penyusun landasan teori yang dibutuhkan untuk menyusun hipotesis maupun pembahasan hasil penelitian nantinya. Sebuah penelitian dikatakan bagus apabila didasarkan pada landasan teori yang kukuh dan relevan. Banyak teori yang bersesuaian dengan penelitian, namun ternyata kurang relevan. Oleh karenanya, perlu dilakukan usaha memilah-milah teori yang sesuai. Selain itu studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui pengkajian kepustakaan akan dapat membuat penelitian lebih fokus pada masalah yang diteliti sehingga dapat memudahkan penentuan data apa yang nantinya akan dibutuhkan.

c.    Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat membantu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Hipotesis perlu dirumuskan dalam sebuah penelitian ilmiah, lebih-lebih penelitian kuantitatif. Dengan menyatakan hipotesis, maka penelitian ilmiah yang dilakukan peneliti akan lebih fokus terhadap masalah yang diangkat. Selain itu dengan rumusan hipotesis, seorang peneliti tidak perlu lagi direpotkan dengan data-data yang seharusnya tidak dibutuhkannya, karena data yang diambilnya melalui instrumen penelitian hanyalah data-data yang berkaitan langsung dengan hipotesis. Data-data ini sajalah yang nantinya akan dianalisis. Hipotesis erat kaitannya dengan anggapan dasar. Anggapan dasar merupakan kesimpulan yang kebenarannya mutlak sehingga ketika seseorang membaca suatu anggapan dasar, tidak lagi meragukan kebenarannya.
d.    Mengumpulkan Data, Mengolah Data, dan Menganalisis Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.
Beragam data yang terkumpul saat peneliti melaksanakan penelitian ilmiahnya tidak akan mempunyai kana apapun sebelum dilakukan analisis. Ada beragam alat yang dapat digunakan untuk melakukan analisis data, bergantung pada jenis data itu sendiri. Bila penelitian ilmiah yang dilakukan bersifat kuantitatif, maka jenis data akan bersifat kuantitatif juga. Bila penelitian bersifat kualitatif, maka data yang diperoleh akan bersifat kualitatif dan selanjutnya perlu diolah menjadi data kuantitatif. Untuk itu perlu digunakan statistik dalam pengolahan dan analisis data.
e.    Mengambil Kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.
Pada hakekatnya merumuskan hasil penelitian dan melakukan pembahasan adalah kegiatan menjawab pertanyaan atau rumusan masalah penelitian, sesuai dengan hasil analisis data yang telah dilakukan. Pada saat melakukan pembahasan, berarti peneliti melakukan interpretasi dan diskusi hasil penelitian.Hasil penelitian dan pemabahasannya merupakan inti dari sebuah penelitian ilmiah.Pada penelitian ilmiah dengan pengajuan hipotesis, maka pada langkah inilah hipotesis itu dinyatakan diterima atau ditolak dan dibahas mengapa diterima atau ditolak. Bila hasil penelitian mendukung atau menolak suatu prinsip atau teori, maka dibahas pula mengapa demikian. Pembahasan penelitian harus dikembalikan kepada teori yang menjadi sandaran penelitian ilmiah yang telah dilakukan.


2.    Sebagai peneliti pemula seringkali mengalami kesulitan memilih masalah yang baik. Beberapa karakteristik masalah yang baik adalah sebagai berikut:
a.    Topik atau judul yang dipilih benar-benar sangat menarik
Seorang peneliti sebelum menentukan tentang topik atau judul yang akan dia pilih dan akan dia gunakan dalam penelitiannya tidak bisa sembarangan. Melainkan seorang peneliti harus benar-benar memikirkan apakah judul yang akan digunakan merupakan sesuatu yang menarik atau tidak. Bukan hanya menarik untuk dirinya sendiri sebagai peneliti, tetapi juga harus menarik bagi orang lain terutama orang yang akan merasakan dampak penelitian yang akan dilakukan.

b.    Pemecahan masalah harus bermanfaat bagi orang-orang yang berkepentingan dalam bidang tertentu.
Sebuah penelitian untuk pemecahan masalah yang dilakukan haruslah berdampak sebuah manfaat bagi masyarakat luas. Karena sebuah penelitian se’megah’ apapun jika hanya berakhir untuk dipajang diperpustakaan tidak dapat dikatakan bahwa penelitian tersebut telah berhasil. Akan tetapi sebaliknya walaupun sebuah penelitian dilakukan  dengan sederhana namun pada akhirnya dapat bermanfaat bagi masyarakat maka penelitian inilah yang dapat dikatakan sebagai penelitian yang berhasil.
Penelitian haruslah berguna paling tidak untuk orang-orang yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Misalnya saja jika seorang peneliti melakukan pemecahan masalah tentang penyakit HIV/AIDS, maka hasil penelitiannya harus bermanfaat minimal bagi dokter yang menangani pasien-pasien yang mempunyai penyakit HIV/AIDS.

c.    Masalah yang di kemukakan merupakan suatu hal yang baru.
Dalam menentukan suatu masalah yang akan dijadikan topik dalam penelitian, seorang peneliti haruslah mencari permasalahan yang paling update. Terutama lagi masalah-masalah yang sedang hangat-hangatnya berkembang dan banyak dibicarakan  di masyarakat. Karena jika seorang peneliti melakukan penelitian terhadap suatu permasalahan yang telah lama maka ketika penelitian telah selesai keefektifan penelitiannya akan mempunyai dampak yang minim.

d.    Mengundang rancangan yang lebih kompleks.
Walaupun sebuah topik dan masalah dalam penelitian haruslah spesifik dan tidak terlalu umum, namun sebuah topik dan masalah tersebut haruslah bersifat kompleks. Artinya topik yang ditentukan harus mewakili keseluruhan isi dari penelitian yang akan dilakukan. Jadi, ketika suatu saat ada yang membaca hasil penelitiannya maka orang tersebut akan langsung bisa mengetahui bahwa penelitian tersebut tentang apa dan mencakup hal apa saja.

e.    Dapat diselesaikan sesuai waktu yang diinginkan.
Sebelum menentukan permasalahan apa yang akan dijadikan objek penelitian, seorang peneliti harus dapat membayangkan dan memprediksi apakah permasalahan tersebut dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan atau tidak. Untuk itu, seorang peneliti harus memiliki pengetahuan dan sumber-sumber yang akan menjadi pendukung dalam proses penelitian. Dengan demikian maka seorang peneliti akan memiliki persiapan yang bagus untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan dengan tepat waktu.

f.     Tidak bertentangan dengan moral.
Sebagai seorang peneliti yang beragama dan hidup berdampingan dengan manusia lain maka sudah seharusnya suatu permasalahan yang akan dipecahkan dan akan dijadikan topik penelitian harus sesuatu yang tidak bertentangan dengan moral yang berlaku dimasyarakat dan juga tidak boleh bertentangan dengan aturan agama. Karena penelitian yang bertentangan dengan norma pada akhirnya akan mendapatkan tentangan dari masyarakat dan jika demikian penelitian yang dilakukan tidak akan berarti apa-apa dan hanya sia-sia.

3.    Dalam merancang suatu penelitian, seorang peneliti perlu mamahami langkah-langkah yang harus ditempuh dalam proses penelitian. Langkah-langkah tersebut beserta gambarkan alur bagan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a.    Penelitian diawali dengan adanya masalah.
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan yang ada. Sebagaimana halnya dalam metode ilmiah, pada penelitian ilmiah juga harus berangkat dari adanya permasalahan yang ingin pecahkan. Sebelum melaksanakan penelitian ilmiah perlu dilakukan identifikasi masalah. Proses identifikasi masalah penting dilakukan agar rumusan masalah menjadi tajam dan sebagai bentuk data awal bahwa dalam penelitian ilmiah tersebut memang dibutuhkan pemecahan masalah melalui penelitian. Identifikasi masalah dirumuskan bersesuaian sebagaimana latar belakang masalah, berdasarkan fakta dan data yang ada di lapangan. Identifikasi masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat deklaratif, sementara rumusan masalah ditulis dalam bentuk kalimat tanya (berbentuk pertanyaan).
b.    Melakukan Studi Teori
Di dalam penelitian ilmiah, perlu dilakukan sebuah studi mengenai teori-teori yang berkaitan dengan topik permasalahan yang telah ditentukan. Peneliti dapat melakukannya dengan menelusuri dan memahami kajian pustaka untuk bahan penyusun landasan teori yang dibutuhkan untuk menyusun hipotesis maupun pembahasan hasil penelitian nantinya. Sebuah penelitian dikatakan bagus apabila didasarkan pada landasan teori yang kukuh dan relevan. Banyak teori yang bersesuaian dengan penelitian, namun ternyata kurang relevan. Oleh karenanya, perlu dilakukan usaha memilah-milah teori yang sesuai. Selain itu studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui pengkajian kepustakaan akan dapat membuat penelitian lebih fokus pada masalah yang diteliti sehingga dapat memudahkan penentuan data apa yang nantinya akan dibutuhkan.

c.    Merumuskan Hipotesis
Hipotesis perlu dirumuskan dalam sebuah penelitian ilmiah untuk menjadi bahan pembuktian dalam penelitian yang dilakukan. Dengan menyatakan hipotesis, maka penelitian ilmiah yang dilakukan peneliti akan lebih fokus terhadap masalah yang diangkat. Selain itu dengan rumusan hipotesis, seorang peneliti tidak perlu lagi direpotkan dengan data-data yang seharusnya tidak dibutuhkannya, karena data yang diambilnya melalui instrumen penelitian hanyalah data-data yang berkaitan langsung dengan hipotesis. Data-data ini sajalah yang nantinya akan dianalisis. Hipotesis erat kaitannya dengan anggapan dasar. Anggapan dasar merupakan kesimpulan yang kebenarannya mutlak sehingga ketika seseorang membaca suatu anggapan dasar, tidak lagi meragukan kebenarannya.
d.    Sampel yang di ambil dari populasi harus representatif (mewakili karakteristik populasi)
Sampel yang dalam penelitian  yang di ambil dari populasi haruslah mewakili keseluruhan populasi yang sedang diteliti. Karena jika sampeltidak representatif maka ibarat orang buta di minta untuk menyimpulkan karakteristik gajah. Satu orang memegang telinga gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti kipas. Orang kedua memegang badan gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti tembok besar. Satu orang berikutnya memegang ekornya, maka ia menyimpulkan gajah itu kecil seperti seutas tali. Seperti itulah jika mengambil sampel tidak representatif, maka ibarat 3 orang buta yang membuat kesimpulan salah tentang gajah.

e.    Menentukan dan Mengembangkan Instrumen Penelitian
Apakah yang dimaksud dengan instrumen penelitian? Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya. Beragam alat dan teknik pengumpulan data yang dapat dipilih sesuai dengan tujuan dan jenis penelitian ilmiah yang dilakukan. Setiap bentuk dan jenis instrumen penelitian memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Karena itu sebelum menentukan dan mengembangkan instrumen penelitian, perlu dilakukan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Salah satu kriteria pertimbangan yang dapat dipakai untuk menentukan instrumen penelitian adalah kesesuaiannya dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Instrumen penelitian juga harus memiliki keterandalan dan kesahihan atau valid dan reliabel. Instrumen penelitian dapat menggunakan instrumen yang baku/telah teruji atau peneliti menyusun instrumen sendiri namun instrumen yang dibuat sendiri harus diuji validitas dan realibilitasnya. Hal tersebut dilakukan karena Tidak semua alat atau instrumen pengumpul data cocok digunakan untuk penelitian-penelitian tertentu.
f.      Penyajian Data
Data yang dikumpulkan peneliti selanjutnya dideskripsikan melalui penyajian data. Dengan demikian gambaran data menjadi lebih jelas baik bagi peneliti maupun orang lain. Untuk keperluan data diperlukan statistik deskriptif.

g.    Analisis Data
Analisa data bertujuan untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis. Ada dua macam hipotesis, yaitu hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Sedangkan hipotesis statistik adalah dugaan keadaan populasi dengan menggunakan data sampel. Dalam pengujian statistik perlu adanya taraf kesalahan yang ditentukan/taraf signifikansi. Beragam data yang terkumpul saat peneliti melaksanakan penelitian ilmiahnya tidak akan mempunyai kana apapun sebelum dilakukan analisis. Ada beragam alat yang dapat digunakan untuk melakukan analisis data, bergantung pada jenis data itu sendiri. Bila penelitian ilmiah yang dilakukan bersifat kuantitatif, maka jenis data akan bersifat kuantitatif juga. Bila penelitian bersifat kualitatif, maka data yang diperoleh akan bersifat kualitatif dan selanjutnya perlu diolah menjadi data kuantitatif. Untuk itu perlu digunakan statistik dalam pengolahan dan analisis data.

h.    Analisis Statistik
Untuk keperluan pengujian hipotesis statistik diperlukan analisis statistik. Melalui analisis data dibuat keputusan hipotesis yang diajukan apah diterima atau ditolak. Yang diikuti dengan pembahasan hasil penelitian. Pembahasan hasil penelitian merupakan deskripsi atau analisis dengan menggunakan rujukan teori atau penelitian lain, sehingga hasil penelitian dapat meyakinkan dan bermanfaat bagi orang lain.

i.      Membuat Kesimpulan dan Memberikan Saran.
Langkah akhir dari penelitian adalah membuat kesimpulan dan memberikan saran. Kesimpulan merupakan jawaban terhadap rumusan masalah penelitian. Sedangkan saran adalah langkah nyata yang harus dilakukan oleh pihak-pihakyang terkait denga hasil penelitian. Pada hakekatnya merumuskan hasil penelitian dan melakukan pembahasan adalah kegiatan menjawab pertanyaan atau rumusan masalah penelitian, sesuai dengan hasil analisis data yang telah dilakukan. Pada saat melakukan pembahasan, berarti peneliti melakukan interpretasi dan diskusi hasil penelitian. Hasil penelitian dan pemabahasannya merupakan inti dari sebuah penelitian ilmiah.Pada penelitian ilmiah dengan pengajuan hipotesis, maka pada langkah inilah hipotesis itu dinyatakan diterima atau ditolak dan dibahas mengapa diterima atau ditolak. Bila hasil penelitian mendukung atau menolak suatu prinsip atau teori, maka dibahas pula mengapa demikian. Pembahasan penelitian harus dikembalikan kepada teori yang menjadi sandaran penelitian ilmiah yang telah dilakukan.


















Bagan Mekanisme perumusan Melalui Metode Ilmiah
PERUMUSAN
MASALAH
PENYUSUNAN
KERANGKA
BERFIKIR
KHASANAH
PENGETAHUAN
ILMIAH
MATEMATIKA
Logika Deduktif
PERUMUSAN
HIPOTESIS
DITERIMA
PENGUJIAN
HIPOTESIS
DITOLAK
Text Box: STATISTIKAIsosceles Triangle: Logika Deduktif 





























4.    Maksud dan contoh dari variabel:
a.    Penjelasan Variabel
Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai , atau mempunyai lebih dari satu nilai, keadaan, kategori atau kondisi. variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Secara teoritis variabel dapat didefiisikan sebagai atribut seseorang, atau objek yang mempunyai “Variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain (Hatch dan Farhady,1981). Dinamakan variabel karena ada variasinya.
Menurut Y.W Best yang disebut variabel penelitian adalah kondisi-kondisi atau serenteristik-serenteristik yang oleh peneliti  dimanupulasikan, dikontrol atau dioservasi dalam suatu penelitian. Sedang Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud menjelaskan bahwa yang dimaksud variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Dari ketiga pengertian tersebut dapatlah dijelaskan bahwa variabel penelitian itu meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.
Para ilmuwan cenderung memusatkan tenaga dan pikiran pada variabel. Karena mereka berusaha menguji dan menjelaskan perbedaan, karena pada dasarnya kegiatan pokok dari suatu ilmu pengetahuan adalah untuk menjelaskan perbedaan. Mengapa beberapa siswa lebih berprestasi daripada siswa yang lain? (perbedaan dalam prestasi?). mengapa ada orang yang menjadi anggota Golkar, sedangkan yang lainnya masuk PKS (Perbedaan dalam oerientasi politik?). Mengapa ada desa yang tingkat migrasi keluar lebih tinggi, sementara desa yang lain tidak demikian (perbedaan dalam tingkat migrasi keluar?). Untuk itulah perlu dilakukan analisis variabel dan menetapkan bagaimana variabel itu terhubung satu sama lain.
Misalnya akan dikaji perbedaan tingkat prestasi belajar dengan melihat perbedaan tingkat IQ siswa. Dalam kasus ini tingkat belajar menjadi satu variabel dan tingkat IQ menjadi variabel lainnya. Dalam konsep itu terdapat banyak nilai, keadaan dan kategori (perbedaan dalam skor). Tingkat IQ mungkin sangat  rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi. Sedangkan tingkat prestasi belajar terkandung pula beberapa nilai. Adapun yang dimaksud dengan konsep adalah definisi dari apa yang perlu diamati dan diteliti, konsep menentukan variabel-variabel mana yang ada hubungan empiriknya. Konsep ada yang sederhana, adapula yang rumit. Misalnya konsep meja, kursi, rumah, kuda, ayam dan sebagainya. Mudah diterangkan cukup dengan menunjuk benda atau hewan yang dimaksud. Sebaiknya ada konsep yangtidak dapat dilihat, karena memerlukan pengertian abstrak yang disebut konstruk (constructs), adalah sangat rumit dan artinya hanya dapat diperoleh secara tidak langsung (Koentjaraningrat 1981). Dalam ilmu sosial konsep jenis konstruk inilah yang merupakan unsur-unsur utama penelitian. Misalnya konsep kedudukan, peranan, interaksi sosial, mobilitas sosial, partisipasi, dan sebagainya, merupakan konstruk.
Konsep-konsep yang digunakan dalam suatu penelitia seharusnya dinyatakan dalam bahasa variabel. Misalnya konsep ‘badan’, bukan variabel karena badan tidak mengandung adanya nilai yang bervariasi. Akan tetapi ‘berat badan’, ‘tinggi badan’ adalah variabel karena memiliki nilai yang bervariasi. Jenis kelamin adalah variabel  karena memiliki nilai yang bervariasi, yaitu laki-laki dan perempuan, umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, jumlah anak, status ekonomi, status pemilik tanah dan sebagainya adalah variabel karena semuanya memiliki nilai yang bervariasi. Konsep-konsep yang tidak mengandung pengertian nilai yang beragam biasanya dapat diubah menjadi variabel dengan memusatkan pada aspek tertentu dari aspek tersebut. Konsep ‘kontrasepsi’ dapat diubah menjadi variabel  dengan mengubahnya menjadi ‘pengguna kontrasepsi’. Variabel dapat juga dikatakan sebagai suatu pengelompokan yang logik dari dua atau lebih atribut. Atribut laki-laki dan perempuan dikelompokan menjadi variabel jenis kelamin, atribut tua dan muda dapat dikelompokan menjadi variabel usia, dan sebagainya.
Dalam penelitian pengukuran variabel sesungguhnya dapat juga diartikan sebagai menentukan atribut atau variasi nilai, atau taraf ukuran dari variabel yang sedang diteliti. Atribut atau variasi nilai atau taraf suatu variabel diperoleh melalui pengamatan terhadap subyek-subyak atau satuan-satuan penelitian berdasarkan indikator dari satuan-satuan tersebut. Misalnya mengukur variabel prestasi berhitung adalah menentukan variasi nilai atau taraf (rendah, sedang, tinggi) dari variabel prestasi berhitung melalui tes prestasi berhitung yang diberikan kepada peserta didik. Individu-individu peserta didik merupakan satuan-satuan penelitian, sedangkan hasil-hasil tes berhitung peserta didik merupakan indikator dari prestasi berhitung. Contoh kedua dapat dipilih tingkat ekonomi. Mengukur tingkat ekonomi berarti menentukan variasi nilai (rendah, sedang, tinggi) dari tingkat ekonomi keluarga atau rumah tangga sebagai satuan penelitian, sedangkan indikatornya adalah penghasilan bersih, pemilikan barang berharga seperti rumah, kendaraan, dan lain-lain.
b.    Contoh Variabel
JUDUL   :HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA   INTERNET DALAM PROSES PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA
Variabel X                  : Penggunaan Media Internet
Variabel Y                  : Prestasi belajar siswa

5.    Anda diminta untuk membuat judul penelitian. Dalam judul tersebut sebutkan dan jelaskan Apa masalahnya, Tunjukan/sebutkan variable X (beri penjelasan), Tunjukan/sebutkan variable Y (beri penjelasan)!

JUDUL          :HUBUNGAN EFEKTIFITAS PELAKSANAAN KURSUS KECAKAPAN HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT.

a.    Latar belakang Masalah.
Keterampilan hidup merupakan salah satu faktor yang bisa menjamin keberlangsungan hidup seseorang. Karena dengan sebuah keterampilan yang dimiliki, seseorang akan memanfaatkan keterampilannya untuk bertahan hidup. Keterampilan akan menjadi ‘basic’ mencari nafkah dalam kehidupan sehari-hari.
Nafkah merupakan kebutuhan dari setiap orang tanpa terkecuali, baik itu orang yang belum berkeluarga terlebih lagi orang yang telah berkeluarga karena harus menghidupi istri dan anak-anaknya. Oleh karena itu, tanpa nafkah keberlangsungan hidup seseorang akan terganggu karena sesorang tidak akan bisa mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya.
Mencari nafkah ditengah keterbatasan lapangan pekerjaan yang sedang dialami dewasa ini merupakan hal yang sulit. Ditambah lagi dengan latar belakang pendidikan yang rendah menjadikan seseorang menjadi tersisihkan dari setiap lapangan pekerjaan karena biasanya sebuah lapangan pekerjaan memiliki syarat pendidikan tersendiri dalam menyeleksi calon pekerjanya.
Namun keterbatasan lapangan pekerjaan dan rendahnya tingkat latar belakang pendidikan yang dimiliki tentunya tidak akan menjadi suatu masalah yang terlalu serius jika seseorang memiliki suatu keterampilan untuk dimanfaatkan. Karena dengan sebuah keterampilan seseorang akan bisa lebih mandiri tanpa harus mengandalkan lapangan pekerjaan yang orang lain ciptakan, akan tetapi bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk dirinya sendiri bahkan untuk orang lain disekitarnya.
Hal tersebutlah yang kini terjadi dilingkungan saya, masih banyak orang yang terlalu ‘memprimadonakan’ untuk dapat bekerja dipabrik sebagai buruh dibandingkan untuk berwirausaha. Sehingga mereka lebih baik menganggur selama menunggu panggilan kerja. Karena keterbatasan pemikiran mereka yang beranggapan bahwa dengan latar belakang pendidikan mereka yang relatif rendah maka mereka hanya bisa bekerja sebagai buruh.
Padahal sebenarnya dengan pendidikan seperti apapun jika ditunjang dengan sebuah keterampilan yang dimiliki maka tidak akan membuat seseorang menjadi pengangguran. Karena mereka akan bisaa memanfaatkan keterampilannya untuk memiliki pekerjaan.

b.    Variabel X
Variabel X adalah variabel bebas atau variabel pengaruh (independent variables) adalah variabel penyebab yang diduga terjadi terlebih dahulu. Variabel bebas juga adalah variabel yang menyebabkan atau memengaruhi, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati.
Variabel X  pada judul di atas adalah “Efektifitas Kursus Kecakapan Hidup”. Karena variabel tersebut bebas ditentukan nilainya apakah kurang efektif, efektif, atau sangat efektif. Penentuan nilai tersebut bergantung kepada kenyataan dilapangan seperti apa. Jadi efektifitas ini merupakan variabel yang akan diukur pertama kali oleh peneliti untuk menentukan hubungannya seperti apa dengan variabel berikutnya (variabel bebas)

c.    Variabel Y
Variabel Y adalah variabel terikat atau variabel terpengaruh (dependent variables) adalah variabel akibat yang diperkirakan terjadi kemudian. Variabel terikat juga adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti.
Variabel Y dari judul di atas adalah “Kesejahteraan Masyarakat” karena sejahtera atau tidaknya masyarakat yang dijadikan populasi yang kemudian dijadikan sampel bergantung dari variabel sebelumnya. Jika pada variabel sebelumnya yaitu berkenaan dengan efektifitas mempunyai nilai yang sangat efektif, maka secara otomatis variabel terikatnya yaitu kesejahteraan masyarakat akan mempunyai nilai yang tinggi pula, yaitu dimana masyarakat akan memiliki kesejahteraan dalam kehidupannya.








1 komentar: